REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Sebagian besar wilayah di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, terus mengalami kekeringan akibat belum adanya curah hujan sejak dua bulan terakhir.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gorontalo, Halim, Sabtu, mengatakan, musim kemarau di merata terjadi di 19 kecamatan.
Sehingga kekeringan lahan pertanian, sawah, sumber air seperti sumur tidak terhindarkan, bahkan warga di 9 kecamatan yang tergolong rawan atau sedikit memiliki sumber air mengalami kesulitan memperoleh air bersih untuk aktivitas rumah tangga.
Yaitu, Kecamatan Telaga Biru, Pulubala, Tibawa, Bongomeme, Telaga Jaya, Limboto Barat, Batudaa, Biluhu dan Batudaa Pantai.
Sejauh ini kata Halim, pihaknya belum menemukan korban jiwa atas bencana kekeringan yang melanda kabupaten ini. Namun pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah desa dan kecamatan, untuk mendistribusikan air bersih melalui mobil-mobil tanki air yang dimiliki setiap pemerintah kecamatan.
BPBD Kabupaten juga terus berupaya meminta bantuan Pemerintah Provinsi, untuk menambah bantuan mobil operasional pengangkut air.
Sementara itu, Imran, salah seorang petani di Desa Buhu, Kecamatan Tibawa, mengaku terpaksa menyewa alat penyedot air untuk menyirami tanaman sayuran miliknya.
Ia bersama anggota kelompok tani lainnya, berinisiatif menyedot air sungai agar tanaman sayuran mereka, seperti tomat, kacang panjang, terong, bawang daun, tidak mati percuma.
Meski harus mengeluarkan biaya tambahan, Imran mengaku tidak masalah asalkan lahan pertaniannya masih bisa berproduksi.
"Kami harapkan bantuan alat penyedot air yang sangat bermanfaat saat musim kemarau, sebab meski tidak banyak seperti biasanya namun debit air sungai di wilayah ini masih bisa dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian," ujar Imran.