REPUBLIKA.CO.ID, JÀKARTA -- Wasekjen Partai Demokrat, Ramadhan Pohan menilai, sambutan masyarakat yang menggelar pesta rakyat saat pelantikan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) pada Senin (20/10) terlalu berlebihan. Karena pesta rakyat yang sesungguhnya adalah saat perhelatan pilpes 9 Juli 2014.
"Saya kira itu berlebihan, yang dibutuhkan rakyat pimpinan yang bekerja. Pilpres Juli, sekarang sudah Oktober mau November. Apa sih yang mau dipestakan?" ujar Ramadhan di Jakarta Pusat, Sabtu (18/10).
Dia menilai yang harus dilakukan Jokowi saat detik pertama setelah pelantikan adalah bekerja membangun Indonesia. Misalnya dengan membuka lapangan kerja untuk menaikkan indeks kualitas hidup.
Ramadhan juga mengingatkan, ada 67 juta rakyat yang memilih Prabowo Subianto saat pilpres 2014. Apalagi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memperoleh keunggulan dua digit pada pilpres 2009 tak melakukan pesta seperti saat ini.
Menurutnya, Jokowi mesti memikirkan hal itu. Jika dibiarkan ada pesta berapa dana yang dihabiskan.
"Yang diperlukan rakyat itu pemimpin yang bekerja bukan yang berpesta. Pestanya rakyat itu pemimpin yang bekerja," imbuhnya.