REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- PT PLN Wilayah Kalimantan Barat melalui program tanggung jawab sosial perusahaan mendukung berdirinya galeri pemanfaatan limbah Kota Pontianak yang beralamat di Jalan Selamat I, Pontianak Barat.
Menurut Deputi Manajer Hukum dan Komunikasi PLN Wilayah Kalbar M Doing saat dihubungi di Pontianak, Sabtu (18/10), galeri tersebut untuk membantu masyarakat dalam mengelola limbah. "Sekaligus memiliki nilai tambah dari limbah yang diolah itu," kata dia.
Ia mengatakan kalau tidak dikelola, lambat laun sampah akan menjadi masalah di masa mendatang bagi Kota Pontianak, dan kota lain di Kalbar.
"Dengan daur ulang, sampah berkurang, masyarakat mendapat keuntungan," kata M Doing. Galeri Pemanfaatan Sampah itu berada di dalam kawasan tertib terpadu yang diresmikan oleh Wakil Wali Kota Pontianak beberapa waktu lalu.
Lokasi yang dijadikan galeri itu berupa rumah sederhana. Di dalam rumah tersebut terlihat dipenuhi hasil kerajinan tangan. Sekilas, bentuknya sama seperti kerajinan tangan lainnya.
Namun kalau mau dilihat lebih dekat, ada yang istimewa dari kerajinan tangan tersebut yakni terbuat dari gulungan kertas koran yang dilapis vernis.
Bentuknya beragam. Mulai dari vas bunga ukuran kecil hingga berdiameter 30 centimeter, lampu hias yang diletakkan di meja atau digantung di langit-langit rumah, hingga bunga plastik warna-warni yang ditata asri di dalam vas.
Salah seorang pengurus galeri, Evi mengakui, tidak pernah berpikir akan ada galeri khusus hasil pengolahan limbah. "Kalau tidak ada PLN, mungkin galeri ini hanya mimpi. PLN yang akhirnya mewujudkan mimpi ini," kata Evi.
Sementara menurut Heriwanto, salah seorang instruktur, mereka melibatkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Berkat Bersama. "Yang mengajar cara mengolah limbah, dari peserta Paket C," kata Heri yang juga peserta pendidikan program Paket C.
Heri sendiri telah membuat kreasi enam jenis lampu dari limbah koran bekas. Sedangkan untuk vas bunga, jumlahnya jauh lebih banyak. "Ada 50 jenis vas bunga," katanya tanpa bermaksud jumawa.
Pemasaran kerajinan tangan dari limbah itu tidaklah sulit. Pasaran utama ke daerah-daerah bahkan ke luar Kalbar. "Kami pernah mengirim ke Natuna hingga Batam di Kepulauan Riau," kata Heri.
Heriwanto belum lama menekuni kerajinan dari limbah. Ia mulai belajar secara otodidak sejak tiga tahun lalu. Semula ia hanya belajar Paket C di PKBM Berkat Bersama di kawasan itu.
Kemudian, ia tertarik ingin mengembangkan kerajinan tangan dari bahan baku limbah. Menurut Heriwanto, selama ini limbah tidak dimanfaatkan. "Padahal kalau kreatif, limbah dapat diolah menjadi barang bernilai ekonomis lebih tinggi. Selain tentunya mengurangi sampah yang mencemari lingkungan," katanya.
Ia terus mengasah kemampuannya membuat kerajinan tangan dari limbah hingga dipercaya sebagai pelatih atau instruktur. Dalam satu hari, ia mampu membuat enam vas bunga. Sedangkan kalau lampu hias yang digantung di langit-langit, butuh waktu lebih lama. "Sekitar empat hari, karena lebih rumit," kata Heriwanto.
Evi menambahkan, membuat kerajinan tangan dari limbah sebenarnya tidak terlalu sulit. Mula-mula kertas koran digulung. Lebar gulungan disesuaikan dengan barang yang akan dibuat. Bagian dalam kertas yang digulung, diberi lem agar merekat dan kuat.
Koran yang sudah digulung kemudian dianyam sesuai bentuk yang diinginkan. Setelah terbentuk, baru dilapis atau "diikat" vernis agar kuat. "Ini bisa tahan lama, bahkan lebih kuat dari rotan. Kalau rotan, terkadang ada bubuknya tapi ini bertahun-tahun tidak rusak," kata Evi.
Selain kertas koran, limbah lain yang dapat dimanfaatkan seperti kabel listrik atau kantong kresek. Kabel listrik dianyam menjadi vas bunga atau tempat lampu. Sedangkan kantong kresek menjadi rangkaian bunga warna warni. Batang pisang pun dapat diolah menjadi tempat tissue yang indah dan menarik serta berdaya jual tinggi.
Baik Heriwanto dan Evi berharap produk dari limbah tersebut semakin dikenal masyarakat. Pemasarannya pun diharapkan lebih luas melalui berbagai media termasuk media sosial dan website. "Mudah-mudahan nanti terus dibina oleh PLN," kata Evi.
Wakil Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono yang sempat meninjau galeri tersebut, mengaku kagum dengan kerajinan yang dihasilkan. "Ini mungkin menjadi salah satu solusi penanganan limbah di Kota Pontianak," kata dia.
Setiap hari, ungkap Edi Rusdi Kamtono, ada 300 ton sampah yang dihasilkan Kota Pontianak. Sehingga tidak mengherankan di tempat pembuangan akhir di Batu Layang, Pontianak Utara, sampah semakin menggunung sehingga perlu diantisipasi secara serius sejak dini.