Jumat 17 Oct 2014 08:00 WIB

Harga Tinggi, Petani Pilih Simpan Gabahnya

Rep: Lilis Handayani/ Red: Julkifli Marbun
Gabah
Foto: Antara/Asep Fagthulrahman
Gabah

REPUBLIKA.CO.ID,  INDRAMAYU -- Berakhirnya masa panen raya gadu (kemarau) di berbagai daerah di Kabupaten Indramayu, membuat harga gabah di tingkat petani, tinggi. Namun meskipun demikian, petani lebih memilih menyimpan gabahnya.

 

Berdasarkan informasi dari sejumlah sentra padi di Kabupaten Indramayu, harga gabah kering panen (GKP) saat ini rata-rata mencapai Rp 4.500 - Rp 5.000 per kg. Harga tersebut berbeda-beda tergantung kualitas gabahnya. Sedangkan harga gabah kering giling (GKG) kini harganya sekitar Rp 5.200 per kg.

 

Harga tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP). Berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2012, HPP untuk GKP di tingkat petani adalah Rp 3.300 per kg, dan di tingkat penggilingan Rp 3.350 per kg. Sedangkan untuk GKG di tingkat penggilingan ditetapkan Rp 4.150 per kg dan Rp 4.200 per kg di gudang Bulog.

 

Salah seorang petani di Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu, Kolik, mengatakan, harga gabah saat ini memang tinggi. Selain bisa menutup modal yang telah dikeluarkan, petani pun bisa meraup keuntungan.

 

‘’Alhamdulillah, harga gabah sekarang tinggi. Tapi saya tidak mau menjual seluruh gabah yang telah dipanen,’’ ujar Kolik, Kamis (16/10).

 

Kolik mengatakan, hanya menjual sebagian gabahnya untuk kebutuhan saat ini. Sedangkan sebagian lainnya, akan disimpannya sebagai persiapan untuk menghadapi musim paceklik. Pasalnya, saat musim paceklik tiba, harga beras di pasaran akan tinggi.

 

‘’Kalau langsung menjual saat ini, saya malah jadi rugi karena nanti harus membeli beras di pasar dengan harga yang tinggi,’’ tutur Kolik.

 

Kolik pun yakin harga gabah akan terus naik karena saat ini baru permulaan masa paceklik. Bahkan, dia memprediksi harga gabah nanti bisa mencapai kisaran Rp 5.500 – Rp 6.000 per kg. Dia mengaku baru akan melepas sebagian simpanan gabahnya saat harga gabah berada pada kisaran tersebut. 

 

Hal senada diungkapkan seorang petani di Kecamatan Haurgeulis, Kamdan. Dia pun mengaku  sengaja menyimpan sebagian gabah hasil panen miliknya sebagai bekal untuk menghadapi musim paceklik.

 

Kamdan mengatakan, akan menjual sisa gabahnya secara perlahan sebagai persiapan memasuki masa tanam rendeng 2014/2015. Dengan demikian, dia tidak akan kesulitan mendapatkan modal untuk masa tanam tersebut.

 

‘’Jadi nanti tidak terlalu pusing memikirkan modal tanam,’’ tutur Kamdan.

 

Kamdan mengaku, menyimpan gabah memiliki risiko tersendiri. Selain harus memiliki gudang, gabah juga harus dijemur hingga benar-benar kering supaya kualitasnya tidak rusak. Hal tersebut secara otomatis membuatnya harus mengeluarkan biaya tambahan.

 

Terpisah, Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang, membenarkan banyaknya petani yang memilih menyimpan sebagian gabah hasil panen gadu. Hal tersebut turut memicu semakin tingginya harga gabah.

 

Menurut Sutatang, para petani biasanya baru akan menjual simpanan gabahnya saat musim paceklik berlangsung. Pasalnya, saat itu harga gabah diperkirakan akan semakin naik. Begitu pula dengan harga beras di pasaran.

 

‘’Selain bisa memperoleh keuntungan yang lebih besar, petani juga tidak perlu membeli beras di pasar karena masih memiliki simpanan gabah sendiri,’’ kata Sutatang.

 

Sementara itu, berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, dari realisasi tanam gadu seluas 111.540 hektare, realisasi panen hingga pertengahan September 2014, sudah mencapai 91.919 hektare.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement