Kamis 16 Oct 2014 20:49 WIB

Pemanasan Global Picu Panasnya Jakarta

Rep: C89/ Red: Indira Rezkisari
.
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Cuaca panas yang terjadi akhir-akhir ini di Jakarta disebabkan oleh pemanasan global. Pemanasan global terjadi secara menyeluruh, imbasnya juga terjadi temperatur yang tinggi di wilayah ibukota ini.

Kepala bidang pencemaran udara BPLHD DKI Jakarta, Andono Warih mengatakan temperatur yang tinggi tersebut disebabkan oleh emisi gas rumah kaca. Yaitu gas  di atmosfer bumi, salah satunya karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh adanya pembakaran. Gas CO2 terakumulasi di atmosfer bumi menyebabkan sinar Ultraviolet yang menyinari tidak semuanya terpantul kembali karena terhalang lapisan atmosfer. Tetapi Terperangkap dalam selimut CO2 dan masuk ke bumi. "Inilah yang disebut pemanasan Global,"kata dia

Andono menjelaskan proses pembakaran yang terjadi bukan saja terjadi  karena banyaknya mobil. Tapi juga karena LPG, serta kebakaran hutan. Selanjutnya menurut dia dibanding CO2, ada gas yang lebih berbahaya pemicu pemanasan global. Yaitu metana (CH4). Gas ini juga dihasilkan dari pembakaran, dari pembusukan sampah, kotoran-kotoran hewan.

"Inilah yang terjadi secara global, bukan cuma di Jabodetabek,"terang Andono, Kamis (16/10).

Andono mengakui penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar di Jakarta adalah dari sektor transportasi dan pembangkit listrik. Namun jika dihitung dalam skala nasional hanya sekitar 2,1 persen atau 46537 ton CO2 ekuivalen (e) dari total 2.200.000 ton CO2e pada tahun 2014.

"Yang paling banyak adalah karena kebakaran hutan. Dengan segala problematika di Jakarta, masih lebih baik daripada yang terjadi di Pekanbaru atau Palangkaraya,"jelas Andono.

Selanjutnya ia mengatakan untuk DKI Jakarta, pihaknya mempunyai program untuk menurunkan emisi GRK dari dua sektor diatas. Dari segi transportasi, pemerintah telah mengadakan busway berbahan bakar BBG. Setiap kali pembakaran, menghasilkan lima kali lebih sedikit CO2 daripada Solar.

"Sekarang Busway yang baru pake BBG. Itu adalah komitmen Pemda DKI untuk mengurangi emisi GRK,"kata dia.

Sementara dari segi listrik, menurut Andono, pemerintah berupaya menurunkan pemakaian listrik lewat program green building atau bangunan hijau. "Ada pergub tahun 2012 tentang bangunan hijau, intinya untuk penghematan energi listrik,"katanya.

Substansi dari aturan diatas adalah setiap perijinan membangun gedung baru harus memenuhi sarat green building. Diantaranya penggunaan lampu yang hemat energi. "Seperti gedung balaikota contohnya. Lightingnya dibuat sedemikian rupa lebih menghemat penggunaan cahaya listrik,"ujar Andono.

Menurut Andono, upaya tersebut sebagai bentuk partisipasi secara global untuk menurunkan emisi GRK. Karena cuaca ekstrem di salah satu belahan dunia disebabkan oleh peningkatan emisi gas GRK di belahan dunia lain, sehingga memicu pemanasan global. Salah satunya cuaca panas yang terasa di Jakarta sekarang ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement