REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar mengaku prihatin dengan tingginya tingkat kekerasan (bullying) terhadap anak di sekolah.
Menurut Linda, penegakkan disiplin di sekolah, disertai komunikasi yang baik antara guru dan murid, merupakan solusi utama untuk menguranginya.
Demikian disampaikan Linda kepada Republika saat ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (15/10).
Kasus bullying terbaru muncul di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Seorang siswi perempuan kelas lima sekolah dasar Trisula Perwari, dikeroyok oleh teman-teman sejawatnya.
Selain di Bukit Tinggi, masih di Sumbar tepatnya di Pasaman, seorang siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SMUP) tewas akibat tindak kekerasan oleh senior-seniornya.
Belum lagi sejumlah kasus bullying yang mencuat di tahun ini di berbagai tingkatan sekolah.
Selain penegakkan disiplin di sekolah dan komunikasi guru dan orang tua, Linda menekankan pentingnya peranan keluarga.Diharapkan, komunikasi terbangun antara keluarga dan sekolah.
Komite sekolah, lanjut Linda, juga harus berperan. Linda menyebut kementeriannya tengah menyusun konsep sekolah ramah anak sebagai solusi mengurangi kekerasan di sekolah.
Sekolah tersebut menjadi bagian dari kota layak anak yang diinisiasi Kementerian PP dan PA.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menilai akar permasalahan bullying adalah terlalu bebasnya informasi maupun tayangan di akses oleh anak-anak.
Selain itu, Agung menyoroti minimnya penyerapan anak terhadap nilai-nilai pendidikan moral dan keagamaan yang diajarkan di sekolah.
Lebih lanjut, politisi Partai Golongan Karya ini meminta orang tua dan guru agar terus meningkatkan pengawasan terhadap anak. "Jangan biarkan anak-anak bebas, harus terkontrol," kata Agung.