Rabu 15 Oct 2014 16:50 WIB

Jokowi Diharap Kembangkan Bahan Bakar Nabati

Penguji menguji bahan bakar nabati bioetanol yang dibuat dari bahan-bahan alternatif seperti klobot jagung, sekam padi, ilalang, tebu dan jerami.
Foto: Antara/Syaiful Arif
Penguji menguji bahan bakar nabati bioetanol yang dibuat dari bahan-bahan alternatif seperti klobot jagung, sekam padi, ilalang, tebu dan jerami.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilik Medco Group, Arifin Panigoro berharap Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) untuk mengatasi krisis energi dan peningkatan konsumsi energi masyarakat.

"Bahan bakar nabati di Indonesia berlimpah, namun potensi energi ini belum dimanfaatkan dengan baik untuk memenuhi tingginya kebutuhan energi di masyarakat," kata Arifin, di Jakarta, Rabu (15/10).

Ia mengibaratkan, Indonesia seperti 'raksasa yang masih tertidur pulas', sehingga diperlukan tekad yang kuat dan kebijakan tepat dari pemerintahan baru Jokowi untuk membangunkan raksasa tidur ini.

"Di sektor BBN ini, pemerintah perlu menetapkan rencana jangka panjang untuk mengembangkan energi ini," ujarnya.

Arifin menjelaskan, rencana jangka panjang yang perlu ditetapkan misalnya, menargetkan 50 persen konsumsi bahan bakar minyak (BBM) transportasi berasal dari BBN.

Selain itu, optimalisasi pemanfaatan 77 juta hektare lahan terlantar untuk mengembangkan industri BBN dan pengentasan kemiskinan melalui redistribusi lahan terlantar dalam mendukung pengembangan industri BBN melalui kegiatan pengembangan 'kebun energi'.

Untuk mencapai program jangka panjang itu, kata dia, pemerintah perlu menyusun dan melaksanakan rencana jangka menengah diantaranya, pembangunan enam unit kilang BBN bertujuan untuk mengurangi impor minyak sekita 100.000 barel per hari.

Selanjutnya, diperlukan pengembangan kemitraan antara masyarakat dengan BUMN Energi dan perusahaan swasta dalam energi BBN, serta pengembangan kebun energi dan hutan energi berbasis kerakyatan untuk satu juta hektare per tahun.

Berdasarkan data pemerintah kebutuhan konsumsi energi Indonesia pada 2010 mencapai 3,3 juta barel setara minyak per hari.

Diperkirakan 15 tahun kemudian, yaitu pada 2015 kebutuhan itu akan menjadi tiga kali lipat atau 7,7 juta barel setara minyak per hari. "Kenaikan konsumsi energi yang tinggi ini harus segera diatasi dengan mengembangkan energi terbarukan, jika tidak tentu Indonesia akan mengalami krisis energi yang parah," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement