REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistio Wisnubroto menyebut pemerintah Indonesia masih alergi terhadap pengolahan potensi nuklir di Tanah Air. Regulasi menyebutkan Batan tak boleh mengekslpoitasi bahan galian nuklir seperti uranium dan thorium secara komersil.
"Regulasi kita tidak membolehkan eksploitasi secara komersial. Ada semacam alergi terhadap nuklir," katanya disela Training Meeting on Best Practices in the Uranium Production Cycle - From Exploration through to Mining di Jakarta, Selasa (14/10).
Sejauh ini Batan, menurutnya, hanya bisa mencatat potensi kekayaan galian nuklir di seluruh Indonesia. Batan mencatat potensi uranium diseluruh Indonesia hingga saat ini mencapai 70 ribu ton U3O8 dan thorium sebesar 125 ribu ton Th.
Pengolahan nuklir menurutnya bisa dimanfaatkan mulai dari bidang kedokteran, pertanian, hingga sebagai cadangan energi.
Djarot meyakinkan jika potensi komersialisasi ini dibuka bakal mendatangkan investor. Namun pemerintah juga dinilai harus berhati-hati. Agar komersialisasi tidak kebablasan.
"Kita inginnya dibuka agar menjawab potensi uranium kita sebenarnya berapa dan meningkatkan kemampuan kita kalau mau diproses lebih lanjut akan seperti apa. Tapi pemerintah juga harus hati-hati," katanya.