Selasa 14 Oct 2014 05:00 WIB

Kesultanan Cirebon dan Misi Kenabian

Warga gelar doa bersama di acara Grebeg Syawal di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati, Cirebon, Kamis (15/8)
Foto: Antara
Warga gelar doa bersama di acara Grebeg Syawal di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati, Cirebon, Kamis (15/8)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nashih Nashrullah/Wartawan Republika

 

Saya sedikit berandai-andai, jika memang teori yang dikemukan oleh John L Esposito benar adanya, maka islamisasi nusantara, adalah bagian dari skenario besar yang telah dipersiapkan oleh Sang Mahakuasa. Tentu, eksistensi Kesultanan Cirebon, termasuk dari skenario agung itu.

Menurut John L Esposito, ketika terjadi intrik politik yang kuat pada era kekuasaan Dinasti Umayyah, para keturunan Rasulullah Saw. terpaksa atau bahkan sengaja didesak untuk keluar dari Madinah. Ini dilakukan untuk mengikis pengaruh dan kharisma keturunan Rasul yang mereka anggap bisa mengancam hegemoni Dinasti mereka.

Akibat politik intimidasi tersebut, Ahlul Bait— istilah yang lazim menyebut keturunan Rasul—keluar dari Madinah, dan menyebar ke beberapa wilayah di antaranya Irak, Yaman, Mesir, hingga India. Di kawasan-kawasan tersebut Ahlul Bait menetap berabad-abad dan berketurunan.

Dari segi politik, ahlul bait memang tak menonjol, tetapi mereka bergerak dan aktif di akar rumput, berdakwah dan menyebarkan Islam, di tiap kawasan yang mereka tempati.  Seandainya, Sang Mahapengatur, berkehandak lain, tentu ceritanya juga akan berbeda.

Persentuhan Islam, memang menurut sejumlah teori, sudah ada sejak masa awal Islam. Sayyid Alawi bin Thahir al-haddad, dalam bukunya Tarikh Intisyar al-Islam fi as-Syarq al-Aqsha, menyebutkan saudagar Muslim Sulaiman a-Sairafi, pernah berkunjung ke Sulawesi pada abad ke-dua Hijriyah. Rempah-rempah menjadi komoditas yang paling dicari oleh para pedagang Arab Muslim.

Fakta ini juga diperkuat oleh pernyataan Syekh ar-Ribwah dalam kitab Nukhbat ad-Dahr. Kuat dugaan, sebanyak 32 utusan yang dikirim oleh Ustman bin Affan untuk ekpedisi ke Cina pada abad ketiga Hijriah, pernah singgah dan mengenalkan Islam ke Indonesia. Wilayah Nusantara merupakan jalur transportasi utama yang paling mudah menuju Cina. Ekspedisi itu sendiri menelan waktu empat tahun. 

Tetapi, diakui bahwa puncak islamisasi Nusantara, terutama Jawa, terjadi semasa sembilan wali (Wali Songo). Islam berhasil membangun peradaban yang gemilang. Dan, satu fakta yang tak teringkari bahwa para wali tersebut bergaris keturunan ke Rasulullah Saw.

Kitab yang ditulis oleh Abdullah bin Nuh, cendikiawan Muslim asal Cianjur Jawa Barat, menguatkan teori tersebut. Dalam kacamata saya sebagai orang awam, kitab yang ia tulis sangat luar biasa.

Dengan kemampuan bahasa Arab yang ia miliki, kitab yang bertajuk Al-Imam al-Muhajir wa Ma Lahu wa Linaslihi wa lil aimmati min Aslafihi min al-Fadhail wa al-Maatsir diterbitkan oleh salah satu penerbit bergengsi di Timur Tengah yakni, Dar asy-Suruq dan menjadi salah satu referensi penting dalam merekonstruksi jejaring Islam Nusantara.

Menurut Abdullah, beberapa penyebar Islam di Nusantara termasuk juga di negara-negara tetangga, seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand, memiliki garis keturunan dengan Rasulullah Saw. Nasab mereka menyatu kepada Imam al-Muhajir yang bernama lengkap, Imam Ahmd bin Isa bin Muhammad (an-Naqib) bin Ali al-Aridhi bin Imam Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, suami Fatimah RA putrid Rasulullah.

Abdullah menyebut, salah satu tokoh yang masih keturunan Rasul itu adalah Syarif Hidayatullah, atau yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Di bawah kepemimpinannya, Kesultanan Islam Cirebon berhasil mengislamkan dua per tiga wilayah Jawa Barat.

Silsilah nasab tersebut dikuatkan oleh banyak dokumentasi yang diungkap oleh sejumlah ulama, antara lain Sayid Ahmad bin Abdullah as-Saqqaf atau kitab Uqud al-Almas karya Sayid Alawi bin Thahir al-Haddad, dan beberapa karya oritentalis dari Belanda. Sebelum kedatangan Syarif Hidayatullah, nenek moyang Sunan Gunung Jati tersebut, datang lebih dahulu dari India, yakni Alu Adhumat Khan.

Artinya, jika dikaitkan teori ini tak bersinggungan dengan teori bahwa Islam dibawa dari negeri Gujarat, India. Merujuk pada teori John L Esposito, berdasarkan pola penyebaran keluarga Rasul tadi, maka sumbangsih para keturunan Rasul itu sangatlah besar dalam islamisasi Asia Tenggara.

Meski puncak islamisasi Nusantara berkaitan erat dengan para ulama India tersebut, dalam mazhab fikih, mayoritas Muslim di Tanah Air menganut Mazhab Syafi’i, sementara baik di India atau Pakistan didominasi oleh Mazhab Hanafi. 

Letak geografis Cirebon ketika itu, menjadi modal petensial dalam islamisasi wilayah Jawa Barat. Dan peradaban Islam yang gemilang yang pernah ditorehkan oleh Kesultanan Cirebon, sekaligus menjadi bukti kuat, tentang kiprah dan dakwah para keturunan Rasul, di bumi Nusantara, sekaligus merealisasikan misi kenabian yang agung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement