REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kemarau berkepanjangan yang terjadi di Kota Makassar menyebabkan adanya pengurangan produksi air bersih sekitar 70 persen. Selama sekitar sebulan ini, produksi hanya 30 persen.
Humas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Makassar, Muhammad Idris di Makassar, Senin (13/10), mengatakan, menurunnya produksi air bersih itu mengakibatkan sebagian wilayah kota tidak teraliri air bersih yang dimulai pada bulan September.
"Kita sudah berusaha untuk memaksimalkan produksi air bersih, tetapi apa daya karena sumber air baku mengalami kekeringan akibat kemarau. Kita hanya berharap agar musim hujan segera datang," katanya.
Dia menyebutkan, dua daerah yang menjadi penghasil air bersih itu adalah Sungai Leko Paccing di Kabupaten Maros dan Sungai Jeneberang di Bili-bili, Kabupaten Gowa.
Dua sumber air baku itu kemudian memasok air berdasarkan wilayah dimana sebagian wilayah utara Kota Makassar mendapatkan pasokan air dari Sungai Lekopaccing, Kabupaten Maros.
Sedangkan pasokan air bersih untuk pusat kota dan bagian selatan kota mendapatkan dari Sungai Jeneberang, Bili-bili, Kabupaten Gowa.
Idris Tahir menerangkan, produksi air bersih di instalasi pengolahan air (IPA) II Panaikang yang sumber mata airnya dari Sungai Lekopaccing itu mampu memproduksi air bersih 1.200 liter per detik hingga 1.250 liter per detik.
Namun dengan kondisi kemarau yang panjang seperti ini hanya mampu memproduksi 300-400 liter air per detik dan hanya mampu mengoperasikan satu mesin pompa air.
"Karena musim kemarau yang berkepanjangan sehingga menyebabkan tekanan aliran air ke rumah pelanggan melemah. Jadi bukan karena faktor kerusakan mesin atau jaringan pipa, namun imbas dari musim kemarau yang sudah sangat parah," ungkapnya.