REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suhu di wilayah Jabodetabek semakin panas, bahkan di Bekasi mencapai 40 derajat. Menurut pengamat lingkungan sekaligus Direktur Wahana Lingkungan (Walhi) Jawa Barat, Dadan Ramdan, titik topografi Bekasi juga memengaruhi peningkatan suhu.
"Terlepas dari adanya tingkat iklim global, Bekasi juga berasa di dataran rendah dekat pesisir laut Jawa, satu hamparan dengan wilayah Jakarta," ujar Dadan kepada Republika, Senin (13/10). Ia menambahkan, beragam hal tersebut memengaruhi panasnya Bekasi.
Dadan menjelaskan, saat musim kemarau amplitudo suhu cukup jauh, karena setiap siang terasa panas, namun ketika malam justru dingin. Baginya, bila diperiksa kembali, hal itu juga disebabkan banyaknya alih fungsi lahan di Bekasi.
Ditambah lagi belum ada hutan atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota tersebut. Padahal, Dadan mengatakan, RTH dapat mengurangi meningkatnya emisi Karbon Dioksida.
Banyaknya bangunan, transportasi, dan pembakaran sangat berkontribusi meningkatkan emisi. "Ketersediaan lahan hijau di Bekasi cukup minim jauh dari 30 persen. Hanya sekitar lima persen," jelas Dadan.
Alih fungsi lahan yang marak terjadi di Bekasi pun berkontribusi menambah emisi karbon, sehingga pada musim kemarau memicu kenaikan suhu secara drastis. Begitu pun dengan wilayah sekitarnya, seperti Jakarta.