REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat untuk tetap waspada perkembangan virus Ebola. Namun, kewaspadaan tersebut tidak perlu ditangapi secara berlebihan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan sampai saat ini virus Ebola hanya menjangkit di Afrika dan yang berhubungan dengan Afrika, khususnya di tiga negara, yakni Sierra Leone, Liberia, dan Guinea.
Sedangkan tiga negara itu tidak punya penerbangan langsung ke Indonesia, melainkan penerbangan langsung tiga negara itu hanya ke Amerika dan Eropa. Jika penularan melalui jalur penerbangan pasti akan menular di Amerika dan Eropa.
"Risiko jauh lebih besar kalau ada hubungan langsung, seperti penerbangan langsung. Kita perlu waspada tapi tidak perlu berlebihan khawatir," kata Tjandra saat dihubungi Republika, Senin (13/12).
Sejauh ini, Amerika dan Eropa juga telah meningkatkan pengawasan bandara yang menerima penerbangan langsung dengan Afrika. Saat ini kasus Ebola ada tiga yakni di Afrika, Amerika, dan Spanyol. Di mana kasus perawat di Spanyol tertular akibat mengobati pasien dari negara terjangkit.
Meski demikian, perkembangan dari waktu ke waktu penyakit menular bisa meningkat atau menurun. Oleh sebab itu, Kemenkes terus berkomunikasi untuk mengetahui perkembangan Ebola dari waktu ke waktu.
Di samping itu, Kemenkes sudah lama melakukan sosialisasi kepada Dinas Kessehatan provinsi, rumah sakit, kantor kesehatan pelabuhan. Menurutnya, langkah Dinas Kesehatan Provinsi Lampung yang mengirim peringatan waspada Ebola kepada kabupaten/ kota langkah yang bagus.
Terkait hasil penelitian yang menyebutkan virus Ebola terkandung dalam tubuh orang utan, Tjandra menilai itu soal binatang. Dia menekankan sampai sekarang selain Ebola di Afrika, belum pernah ada kasus Ebola yang tertular dari binatang. Sedangkan virus Ebola selain di Afrika yang tertular dari manusia ke manusia hanya satu orang di Spanyol.
"Sejak Ebola ada pada 1976, belum pernah ada kasus Ebola pada manusia di Asia dan Australia," ujarnya.