Kamis 09 Oct 2014 06:17 WIB

'Jokowi Jadi Presiden Terlemah dalam Sejarah Indonesia'

Kicauan Denny JA yang mengingatkan posisi Jokowi.
Foto: Republika/Erik PP
Kicauan Denny JA yang mengingatkan posisi Jokowi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Denny Januar Ali mengingatkan Jokowi-JK untuk hati-hati dalam menjalan roda pemerintahan selama lima tahun ke depan. Itu setelah posisi ketua DPR dan MPR direbut kubu Koalisi Merah Putih (KMP) yang notabene menjadi oposisi Jokowi-JK.

"1) Akhirnya Koalisi Merah Putih menang telak atas Koalisi Indonsia Hebat, 5;0, dgn terpilihnya ketua MPR Zulkifli Hasan," katanya melalui akun Twitter, DennyJA_WORLD. "2) Untuk pertama kali dalam sejarah, pemerintahan Indonesia terbelah. Eksekutif dan Legislatif dikuasai oleh koalisi partai yg berbeda."

Menurut dia, kondisi yang terjadi di Indonesia sebenarnya mirip dengan situasi demokrasi di Amerika Serikat. Hanya saja, kultur politik di sini dan di negeri Paman Sam berbeda sekali.

"4) Di AS, misalnya, pemerintahan yg terbelah itu bisa baik karena kultur politiknya yang terbuka dan mengutamakan kepentingan publik." "4) Tapi kultur politik di Indonesia, masih didominasi oleh money politics dan 'politik balas dendam'."

Pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) itu menyebut posisi Jokowi sedang dalam bahaya. "5) Jokowi terancam menjadi presiden terlemah dalam sejarah Indonesia. 3 hal yg membuatnya terlemah."

"6) Satu, Jokowi tidak mengontrol legislatif. Sebaliknya legislatif sangat beroposisi padanya. 7) Dua, Jokowi tidak mengontrol satupun partai politik. PDIP didominasi oleh Megawati, bukan Jokowi. 8) Tiga, Jokowi bahkan di pemilu pilpres hanya unggul satu digit dibandingkan Prabowo. Berbeda misanya dgn SBY di 2009, 2004."

Karena itu, kalau Jokowi ingin menaikkan harga BBM, saran dia, maka dapat dipastikan popularitasnya bakal melorot tajam. "9) Dengan naiknya BBM nanti, sangat mungkin di opini publikpun, Jokowi akan kalah karena popularitasnya merosot. 10) Saatnya Jokowi harus merangkul sebanyak mungkin kekuatan civil society, opinion maker untuk membantu kelemahannya."

 

Ikuti informasi terkini seputar sepak bola klik di sini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement