Rabu 08 Oct 2014 19:29 WIB

Dukungan Untuk Priyo Semakin Meluas

Priyo Budi Santoso
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Priyo Budi Santoso

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Dukungan untuk calon Ketua Umum DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso untuk bisa memimpin partai berlambang pohon beringin itu kian meluas.

Priyo dari Semarang, Rabu, menginformasikan bahwa dia hadir dalam silaturahim dengan para pengurus DPD I dan II Partai Golkar se-Jawa Tengah untuk menyampaikan visi dan misinya untuk maju mencalonkan diri dalam munas Partai Golkar tahun depan.

Silaturahim Priyo dengan para pimpinan Partai Golkar se-Jawa Tengah diselenggarakan untuk memberikan dukungan kepadanya untuk memimpin partai itu.

Silaturahim Calon Ketua Umum Partai Golkar dengan DPD I dan DPD II Golkar se-Jawa Tengah, itu dihadiri Ketua DPD I Partai Golkar Jawa Tengah Wisnu Suhandono dan 28 dari 35 ketua DPD II tingkat kabupaten/kota se-Jawa Tengah serta sekretaris dan pengurus lainnya.

Wisnu menyatakan mendukung Priyo sebagai tokoh muda untuk maju memimpin Partai Golkar dan memenangkan pemilu pada lima tahun mendatang.

Sebelum menghadiri acara di Semarang, Ketua DPP Partai Golkar itu juga menghadiri acara pelantikan H Ahmad Rusni sebagai Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Nusa Tenggara Barat (NTB) di Mataram pada Kamis (2/10) lalu dan mendapat dukungan pula untuk memimpin Partai Golkar.

Mantan Wakil Ketua DPR RI yang juga Ketua Umum Musyawarah Kekeluargaan dan Gotong Royong (MKGR) pada 14 September lalu mendeklarasikan diri siap memimpin Partai Golkar untuk memenangkan partai itu pada Pemilu/Pilpres 2019.

Deklarasi kesiapannya berlangsung di Surabaya yang dihadiri Ketua DPD Golkar Jatim Zainuddin Amali, Ketua DPC Golkar se-Jatim, dan pengurus Golkar dari Jateng, Yogyakarta, Aceh, Banten, Jabar, NTB, NTT, dan Sulawesi.

"Yang jelas, saya hanya ingin mewakafkan diri untuk Golkar. Sekarang, suara Golkar ada tren merosot, kalau saya dipercaya memimpin, maka tiada hari tanpa penggalangan, saya siap keliling kabupaten/kota se-Indonesia, saya tidak bilang 'blusukan' atau safari, tapi saya siap melakukan konsolidasi," ucapnya.

Priyo juga bertekad memenangkan Partai Golkar pada Pemilu 2019 dengan melakukan berbagai langkah dan program yang diberi nama "sapta krida".

Ketujuh program itu adalah memperkuat jalur "ABG plus" (purnawirawan dan keluarga ABRI/TNI, birokrasi, dan kader Golkar, serta plus generasi pembaharu yang berasal dari golongan muda); citra partai merakyat (aspiratif); dukung figur populis; jalankan mesin partai dengan melibatkan tokoh masyarakat; utamakan arus bawah dengan kembangkan korda/korwil; kembalikan Golkar sebagai partai tengah, moderat, dan kekaryaan; dan kembangkan politik luhur.

"Golkar jangan terjebak pada masa lalu atau menjadi partai cap orang tua," katanya.

Ia menyebutkan pemilih pemula pada Pilpres 2014 mencapai 14 juta dan pada Pemilu/Pilpres 2019 akan mencapai 32 juta jiwa.

Priyo menyatakan siap bersaing dengan kandidat lainnya dalam memperebutkan posisi Ketua Umum Partai Golkar melalui musyawarah nasional.

"Saya akan menggunakan seluruh kemampuan dan bakat untuk menggerakkan seluruh elemen dan mesin partai untuk kebesaran Golkar dan kejayaan negeri," kata Priyo.

Di bawah kepemimpinannya, dia akan membawa Partai Golkar menjadi partai yang mengedepankan politik luhur dan tidak akan ikut-ikutan menampilkan etalase buruk sebagai partai pemburu kekuasaan.

Menurut dia, Partai Golkar harus memegang teguh politik luhur."Bahwa kekuasaan adalah untuk kepentingan rakyat dan diabdikan untuk memperjuangkan sebesar-besar kesejahteraan rakyat. Dengan politik luhur, Golkar akan membangunkan kembali doktrin Karya dan Kekaryaan yang sekarang ini mulai kehilangan rohnya," kata Priyo yang juga pengurus di tiga organisasi kemasyarakatan pendiri Partai Golkar, Depinas SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri), Kosgoro (Kesatuan Organisasi Gotong Royong) 1957, dan MKGR.

Politisi kelahiran Trenggalek, Jawa Timur, 30 Maret 1966 itu mengatakan politik luhur akan membawa posisi Partai Golkar sebagai partai tengah dan moderat serta tidak akan menggunakan jalan kekerasan untuk mencapai tujuan politik."Tidak ada aksi 'cap jempol darah' dalam tradisi politik Golkar," katanya.

Partai Golkar, katanya, mengedepankan harmoni, sopan santun dan fatsun politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

Ia menegaskan Partai Golkar adalah partai nasionalis yang religius, sejak awal pendiriannya menentang ajaran komunisme, serta merupakan partai yang dalam platform tidak menghendaki negara agama.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement