REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Penguasaan struktur pimpinan DPR dan MPR dianggap sebuah kekalahan besar Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Pengamat Politik dari Indo Barometer Muhammad Qodari, mengatakan Jokowi kuat di level bawah tapi lemah di level atas.
"Ini kekalahan dan kesalahan dari keseluruhan KIH, bukan cuma Puan sebagai Ketua Fraksi tapi Jokowi, JK, dan semua pimpinan partai di KIH," kata Qodari, Rabu (8/10).
Qodari menilai kekalahan tersebut disebabkan kalah dalam strategi dan komunikasi politik dengan Koalisi Merah Putih. Dalam politik, lanjutnya, harus bisa mempengaruhi dan merangkul berbagai macam kelompok tidak cuma masyarakat tapi juga elite.
Menurutnya, Jokowi maupun KIH harus bisa membedakan antara masa kampanye dan masa memerintah. Masa kampanye yang menentukan adalah masyarakat, apalagi pemilihan presiden secara langsung. Sedangkan dalam proses pemerintahan dikerjakan oleh elite. Jika tidak bagus dalam strategi dan komunikasi politik akan kalah.
"Jokowi kuat di masyarakat tapi lemah di elite. Masa kampanye bisa menang, tapi perebutan jabatan politik di elite Jokowi lemah," jelasnya.
Oleh sebab itu, Qodari menilai Jokowi dan KIH harus merombak tim kerja. Perombakan harus melibatkan orang yang berpengalaman dan canggih dalam melakukan komunikasi politik. Sebab, kekalahan dengan skor lima kosong dengan KMP merupakan bentuk kegagalan total.
"Harus ada perubahan strategi dan komunikasi politik, termasuk Bu Mega," ujarnya.
Perebutan kursi pimpinan DPR dimenangkan KMP dengan komposisi Ketua DPR Setya Novanto dari Partai Golkar. Sedangkan struktur pimpinan MPR yakni Zulkifli Hasan dari PAN sebagai Ketua MPR, Muhyidin dari Partai Golkar, Hidayat Nur Wahid dari PKS, EE Mangindaan dari Partai Demokrat dan Oesman Sapta Odang dari DPD sebagai wakil ketua MPR.