REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Polusi asap kebakaran lahan dan hutan kembali menyelimuti Kota Pekanbaru hingga mengakibatkan kualitas udara langsung turun drastis menjadi tidak sehat pada Selasa petang.
Kepala Divisi Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo, mengatakan alat Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Kota Pekanbaru menunjukan angka 125 dari partikel PM10 yang terkandung di udara yang tercemar asap.
Ia mengatakan hasil pemantauan kualitas udara itu berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Pekanbaru pada pukul 16.00 WIB. "Asap membuat udara Pekanbaru dalam status tidak sehat," ujarnya.
Asap bisa sangat berbahaya karena mengandung partikel yang sangat kecil sehingga bisa mengakibatkan iritasi mata, iritasi kulit dan infeksi saluran pernafasan atas. Polusi asap juga berbahaya bagi manula, ibu hamil dan anak-anak.
Menurut dia, asap yang menyelimuti Pekanbaru dan sebagian Riau merupakan kiriman dari kebakaran yang terjadi di provinsi lain di Sumatera. Sebab, pantauan satelit terra dan aqua dari kajian BMKG Stasiun Pekanbaru menunjukan pada pukul 16.00 WIB terdapat sebanyak 75 titik panas (hotspot) di Sumatera.
"Hotspot" terbanyak berada di Sumatera Selatan (Sumsel) dengan 54 titik, kemudian Bangka Belitung ada 10 titi, Lampung enam titik, dan Jambi dua titik.
Meski begitu, ia mengatakan asap yang menyelimuti Pekanbaru kemungkinan besar juga berasal dari kebakaran di daerah Riau sendiri.
Dari pantauan satelit terdapat empat "hotspot" di Riau, yakni sebanyak tiga titik di Kabupaten Rokan Hulu dan satu titik di Indragiri Hilir.
"Sedangkan, kalau dilihat dari data satelit NOAA, itu asap dari Riau juga, kayaknya dari hutan di Bukit Tigapuluh dari Jambi yang berbatasan dengan Riau," ujarnya.
Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin, mengatakan jarak pandang pada pukul 16.00 WIB sudah terpengaruh asap, namun dinilai masih aman untuk penerbangan.