REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen Komunikasi Politik di UIN Jakarta, Gun Gun Heryanto, mengatakan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam akun twitternya @SBYudhoyono yang bertutur tentang tidak kunjung ada pertemuan dengan Megawati Soekarno Putri, bisa jadi sebagai upaya menyerang Mega.
"Saya setuju, bukan semata-mata Mega, tapi juga dari sisi SBY sendiri. Ada semacam perang psikologi antara keduanya," kata Gun Gun, di komplek parlemen senayan, Jakarta, Senin (6/10) malam.
Bisa jadi, tuturnya, hal itu bukan semata-mata karena posisi Mega yang tidak mau menjalin komunikasi. Melainkan, SBY menurutnya kerap kali berstrategi ganda.
Misalnya, katanya, di hadapan publik SBY mengatakan akan mendukung Pilkada langsung di DPR. Tetapi prakteknya, anggota DPR dari fraksi Partai Demokrat justru memutuskan walk out. Begitu juga dengan Perppu, menurutnya, seberapa tangguh SBY mempertahankan Perppu.
Selain itu, katanya, dalam hal Demokrat yang bergabung pada koalisi Merah Putih dalam pimpinan DPR. Hal itu menurutnya, adalah bagian deal SBY dengan KMP dan bukti ketidakkonsistenan dari SBY.
Ia mengatakan, posisi Mega dan SBY memiliki rintangan politik yang tidak bisa dihindarkan. Karena ketegangan antara keduanya, sudah terjadi sejak lama. Dalam kondisi saat ini menurut Gun Gun, seharusnya Mega bersikap lebih lentur.
Di mana, Mega tengah pada posisi membutuhkan dukungan politik untuk mendukung koalisi Indonesia Hebat. Masalahnya, katanya, menjadi sangat krusial ketika SBY kecenderungan deal politiknya adalah ke KMP. Apalagi, dalam paket pimpinan MPR, Demokrat juga ditawarkan posisi sebagai ketua MPR oleh KMP. Jika itu terjadi, katanya, PDIP akan kembali kehilangan kemenangan.