Selasa 07 Oct 2014 16:31 WIB

Politik tak Sehat Dorong Krisis Ekonomi

Gedung DPR
Gedung DPR

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Koalisi Anti Hutang, Dani Setiawan, menyatakan potensi krisis ekonomi di Indonesia cukup tinggi karena politisi telah mendorong kondisi perpolitikan Indonesia yang tidak sehat.

"Pasca-Pemilihan Presiden 9 Juli 2014, kondisi politik semakin memburuk diiringi demontrasi masyarakat, tentu berdampak investor asing enggan berinvestasi, sehingga kondisi ekonomi finansial terpuruk dan potensi krisis ekonomi pun semakin tinggi," katanya di Jakarta, Selasa (7/10).

Saat ini, pihak-pihak asing takut berinvestasi, bahkan investor menarik kembali investasi yang akan ditanamkan di Indonesia, karena kondisi politik parpol di parlemen yang kian memanas.

"Seharusnya para elit politik ini melihat pengalaman-pengalaman krisis ekonomi sebelumnya yang menyengsarakan masyarakat," ujarnya.

Sampai saat ini, ketergantungan bangsa ini terhadap negara-negara lain cukup tinggi, sehingga krisis ekonomi sulit dihindari apabila investasi asing menarik modalnya.

"Saat ini, perekonomian masih lemah, sehingga krisis ini sangat mudah dilakukan pihak asing," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, diharapkan pemerintah dan legislator bersatu dan kompak untuk memajukan negeri ini demi kepentingan masyarakat.

"Seharusnya pemerintah dan elit politik tidak lengah dan mewaspadai krisis ini dan saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika kondisi perpolitikan negeri tidak menemukan jalan baik yang didukung masyarakat," ujarnya.

Menurut dia, saat ini kondisi politik yang terjadi justru saling memperebutkan kekuasaan. Seolah tidak menerima dengan kemenangan dari lawan politiknya, maka berusaha mencari kesalahan untuk dapat menggulingkan dan para penjabat yang memiliki kekuasaan telah melupakan masyarakat.

"Seharusnya, mereka menciptakan kondisi politik yang menyejukan, bukan memperkeruh masalah, pada akhirnya berimbas kepada perekonomian masyarakat yang makin terpuruk," ujarnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement