Selasa 07 Oct 2014 05:19 WIB

Pedagang Hewan Kurban Berharap Tuah Hari Tasyrik

Rep: c71/ Red: Agung Sasongko
Hewan kurban
Foto: Antara
Hewan kurban

REPUBLIKA.CO.ID,  PURWAKARTA -- Momen Idul Adha 1435 Hijriyah ternyata kurang bersahabat bagi pedagang hewan kurban di Purwakarta. Faktor tingginya harga jual menyebabkan banyak sapi dan domba yang belum laku sampai saat ini.

\Berdasarkan pantauan ROL di lapak penjualan hewan kurban, Depot Anwar di Jalan Kemuning, Purwakarta masih terdapat 34 ekor domba dan tiga ekor sapi yang belum laku. Salah seorang pegawai, Kurnia (36 tahun) mengaku penjualan tahun ini menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu.

"Kurang lebih menurun sekitar 30 persen. Biasanya kami sediakan 100 ekor domba dan sapi masih kurang. Tahun ini justru masih sisa," kata Kurnia, Senin (6/10).

Kurnia menilai harga hewan kurban yang melambung tinggi tahun ini menjadi faktor lesunya penjualan hewan kurban. Harga untuk satu ekor sapi mengalami kenaikan sekitar Rp 5 juta sedangkan domba mengalami kenaikan harga sekitar Rp 500 ribu per ekor.  Selain itu, menurut Kurnia, dekatnya waktu pelaksanaan hari raya kurban dengan momen tahun ajaran baru sekolah juga menjadi penyebab turunnya permintaan.

"Situasi ekonomi juga mungkin sedang tidak mendukung," kata Kurnia. Selagi masih dalam suasana hari tasyrik, Kurnia berharap ada pelanggan yang datang untuk memborong ternak-ternaknya.

Lain halnya dengan laporan dari UPTD Pasar Hewan Ciwareng, Purwakarta. Salah satu pasar hewan sapi dan kerbau terbesar di Jawa Barat itu ternyata masih kebanjiran konsumen. "Jelang Idul Adha, hewan yang masuk mencapai 700 ekor. Itu adalah kapasitas maksimal pasar hewan ini," kata Kepala UPTD Pasar Hewan Ciwareng, Sanusi.

Sanusi menyebutkan penjualan di pasar yang buka setiap Senin itu mencapai 650 ekor per hari dalam periode jelang hari raya kurban. Sanusi mengaku peminat tetap tinggi meski harga jual ia akui memang mengalami kenaikan.

"Dulu beli domba harga Rp 2,3 juta ukurannya masih besar. Sekarang semakin kecil," kata Sanusi.

Sehingga, ungkap Sanusi, beberapa masyarakat cenderung membeli sapi karena terhitung lebih murah jika dibeli secara patungan.  Sanusi juga menyampaikan tahun ini kebanyakan warga memilih sapi yang lolos persyaratan kurban dan tidak terlalu mementingkan ukuran tubuhnya.

"Yang penting layak kurban. Jadi biasanya beli yang harganya paling murah," kata Sanusi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement