Selasa 07 Oct 2014 05:00 WIB

Sungai Mengering, Warga Krisis Air Bersih

Rep: Lilis Handayani/ Red: Agung Sasongko
Musim kemarau panjang sebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah di Tanah Air.
Foto: Republika/Bowo S Pribadi
Musim kemarau panjang sebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah di Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Memasuki puncak musim kemarau, krisis air bersih melanda warga Blok Sumur Gintung dan Blok Pajaten Desa Cibodas, Kecamatan/Kabupaten Majalengka. Hal itu menyusul keringnya sungai kecil yang melintasi kedua blok tersebut, yang selama ini menjadi sumber air bagi warga.

 

‘’Sungai sudah mengering sejak dari hulunya. Jadi jangankan untuk mengairi areal pertanian, untuk keperluan sehari-hari saja kami kesulitan,’’ tutur warga Blok Sumur Gintung, Desa Cibodas, Marzam Maknun (35), Senin (6/10).

 

Marzam menjelaskan, untuk mendapatkan air bersih, dia dan warga lainnya terpaksa harus menempuh jarak sekitar dua kilometer menuju sebuah sumur yang masih ada airnya. Warga pun harus mengangkut air dari sumur itu dengan jeriken atau menyedot lewat pompa diesel yang dipakai beramai-ramai.

 

‘’Kesulitan mendapatkan air bersih ini sudah terjadi sejak Juli lalu. Hal ini pun biasa terjadi setiap musim kemarau,’’ keluh Marzam.

 

Hal senada diungkapkan warga lainnya, Nurul. Dia menjelaskan, setiap musim kemarau, sumur gali yang menjadi andalan warga di setiap rumahnya, selalu mongering setiap musim kemarau tiba. ’Airnya hanya keluar pada malam hari. Itupun cuma beberapa ember saja,’’ tutur Nurul.

 

Nurul mengatakan, di siang hari, sumur-sumur warga hanya mengeluarkan sedikit air. Jikapun dipaksa untuk ditimba, maka air yang diperoleh sangat keruh dan tidak bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

 

Seorang warga di Blok Pajaten, Rahmat, menambahkan, krisis air bersih bahkan sudah mulai terasa sejak sebelum Ramadhan lalu. Hal itu terjadi seiring menyusutnya debit air di sungai yang ada di blok tersebut.

 

Menurut Rahmat, untuk memperoleh air bersih, warga terpaksa berusaha menggali tanah di pinggiran sungai sedalam tiga sampai empat meter. Hal tersebut dimaksudkan agar sisa resapan air sungai bisa keluar dan digunakan untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus (MCK).

 

‘’Kalau untuk kebutuhan masak dan minum, kami membeli air galon isi ulang,’’ tandas Rahmat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement