REPUBLIKA.CO.ID,PAMEKASAN--Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Pamekasan, Jawa Timur, mengecam pesta dugem ang digelar sekelompok pemuda pada saat malam takbiran.
"Gelar pesta musik dugem di malam takbiran sangat tidak menghargai umat Islam dalam merayakan hari Lebaran dan tidak seharusnya ini terjadi. Menempatkan sesuatu yang bukan pada tempatnya seperti ini, dalam bahasa agama disebut zalim," kata Ketua Umum HMI Komisariat STAIN Hernan Mohni, Sabtu (4/10) malam.
Pesta musik dugem yang dimaksudnya, memperdengarkan beragam lagu disko dan remix DJ. Para pemuda tersebut mulai beredar sekitar pukul 20.00 WIB dengan menumpang mobil bak terbuka.
Awalnya, jelas Hernan, mereka memutar musik takbiran. Namun, setelah itu diganti dengan musik dugem. Kelompok ini juga berjoget ria di jalan raya di atas mobil yang mereka bawa, bahkan beberapa di antaranya menari hingga telanjang dada.
Semakin malam, aksi ini semakin ramai, hingga mengalahkan gema takbir Idul Adha yang dikumandangkan di sejumlah masjid dan musholla di Pamekasan.
Tidak terlihat adanya petugas keamanan di lokasi pesta musik dugem ini, baik dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) maupun petugas kepolisian dari Polres Pamekasan, karena semua anggota polres kini mogok kerja.
"Tidak baik rasanya, ketika malam Lebaran yang merupakan hari suci umat Islam ini harus terganggu dengan musik dan joget-joget ria seperti ini," kata Hernan.
Ia juga menyayangkan sikap Pemkab Pamekasan yang terkesan kurang perhatian dengan adanya pesta musik dugem seperti itu. Padahal Kabupaten Pamekasan merupakan kabupaten yang menerapkan syariat Islam melalui program Gerakan Pembangunan Masyarakat Islami (Gerbang Salam).
Secara pribadi dan secara kelembagaan, dirinya tidak mempersoalkan keberadaan musik dugem, karena musik ini juga merupakan bagian dari seni budaya.
Hanya saja, katanya, menggelar pesta musik disaat umat Islam sedang mengumandangkan gema takbir seperti ini, menurutnya, sama dengan tidak menghormati kebebasan beribadah, bahkan bisa masuk dalam kategori melecehkan agama.