REPUBLIKA.CO.ID, Slamet adalah seorang buruh tani di Padamara, Purbalingga, Jawa Tengah, yang sekarang ini sedang memelihara tujuh ekor sapi titipan dari tetangganya. Idul Adha menjadi hari yang paling dia tunggu, karena pada hari itu ia bisa menjual sapi yang dipeliharanya dengan harga yang tinggi.
Singkat cerita, tujuh ekor sapinya sudah di-deal oleh para pembeli. Harganya pun cukup menggembiraan. Satu ekor sapi dia bisa mendapatkan keuntungan tidak kurang dari enam juta. Dengan sistem bagi hasil 50:50 persen dengan pemilik sapi, Slamet bisa mengantongi keuntungan setidaknya Rp 3 juta per ekor.
Tapi Sabtu (4/10) siang, ada peristiwa yang merusak skenario keuntungan dari hasil jerih payahnya. Satu ekor sapinya tiba-tiba tidak bisa berdiri. "Mboten ngertos masuk angin atau keneng nopo (tidak tahu mungkin sakit atau kenapa)," kata Slamet, yang tiba-tiba tergopoh-gopoh mendatangi rumah pemilik sapi, Bu Amik.
Slamet sadar dengan kondisi sakit sapinya, maka berarti sapi tersebut tidak sah lagi untuk dijadikan hewan kurban. Agar tidak ada kesalahan dan menjaga agar pembeli sapinya tetap sah memotong hewan kurbannya, Slamet akhirnya menyampaikan masalah itu ke pemilik sapi. "Dugi sak niki dereng saget ngadek (hingga sekarang belum bisa berdiri), " papar Slamet.
Jika mau nakal, sebenarnya Slamet bisa saja tetap melanjutkan transaksi penjualannya. Ia akan dengan mudah membawa sapi tersebut ke pemotongan hewan atau di daerah tersebut biasa disebut tukang jagal. Sapi itu tinggal dipotong dan dibawa dagingnya ke pembeli sapinya. "Saget mawon dibeto teng jagal (Bisa saja dibawa ke pemotongan hewan," kata Slamet.
Namun Slamet ternyata memilih tidak menjual sapinya. Alasannya Slamet tidak mau berdosa. Ia merasa sapi yang akan dipotongnya tidak memenuhi syarat untuk dijadikan hewan kurban. Sehingga ia takut berdosa kalau tetap menjual sapi peliharaannya dan membawanya ke pemotongan hewan.
Dengan persetujuan pemilik sapi, Slamet akhirnya menghubungi Pak Hasyim yang menjadi pembeli sapinya. Slamet kemudian menceritakan semua kondisi sapinya. Slamet yang menyarankan agar Pak Hasyim mencari sapi yang lain.
Malam itu juga, Slamet kemudian membawa Pak Hasyim ke rumah pemilik sapi, karena kebetulan masih ada sapi yang dipelihara buruh tani lainnya yang masih belum laku. Hingga akhirnya Hasyim mendapatkan sapi sehat yang bisa dipotong di hari Idul Kurban. Slamet pun berbesar hati harus kehilangan rejekinya demi Pak Hasyim agar bisa berkurban sesuai ketentuan kurban yang benar.
Slamet memilih untuk malam itu juga mencari matri hewan, untuk menyuntik sapinya yang sakit. Ia berharap sapi peliharaannya masih bisa sehat dan dijual lagi setelah Idul Kurban. Tapi tentu saja harganya tidak akan sebagus harga sekarang. Hebatnya Slamet berbesar hati dan ikhlas.
Apa yang dilakukan Slamet sungguh luar biasa. Dengan mepetnya rejeki yang dimilikinya, Slamet ternyata masih bisa waras biar hidupnya tetap selamat dunia akhirat.
Slamet memang tidak menyembelih hewan kurban untuk kurban. Tapi Slamet-lah yang sebenarnya sudah menjalankan substansi dari ibadah. Selamat buat Slamet yang menjadi pemenang sebenarnya di Hari Idul Kurban tahun ini.
Advertisement