REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom dari Universitas Atmajaya, Agustinus Prasetyantoko, menilai rencana Jokowi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) harus segera diputuskan. Berbagai aspek juga harus dipertimbangkan untuk menaikkan harga BBM.
Pras mengatakan kenaikan harga BBM tidak boleh bersamaan siklusnya dengan gejolak pasar uang. Gejolak pasar uang ditandai dengan kenaikan suku bunga di Amerika. Kenaikan itu diperkirakan terjadi akhir 2014 sampai 2015.
"Kalau salah memutuskan akan fatal," kata Pras dalam diskusi bertema Pemerintahan Kreatif: Peluang Terobosan Jokowi - JK, di kantor Populi Center, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (1/10).
Pras menilai inflasi Indonesia tahun ini lebih rendah dari biasanya. Sehingga jika Jokowi menaikkan harga BBM tahun ini tidak akan terlalu berdampak.
Menurutnya, jika harga BBM dinaikkan Rp 2.000 sampai Rp 2.500 dampak terhadap kenaikan inflasi tidak akan lebih tujuh persen. Dia mencontohkan jika tingkat inflasi saat ini 4,8 persen hanya akan menambah 2 persen sehingga inflasi menjadi 6,8 persen.
"Isunya kan Jokowi mau menaikkan Rp 3.000 pada November, kalau masih tahun ini dampaknya terhadap inflasi hanya 2,5 persen," imbuhnya.