Rabu 01 Oct 2014 19:58 WIB

Akhir Oktober Jateng Masuki Musim Penghujan

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pengendara menembus hujan deras di kawasan Kramat, Jakarta Pusat, Rabu (2/7).
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Pengendara menembus hujan deras di kawasan Kramat, Jakarta Pusat, Rabu (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Akhir Oktober ini, sebagian wilayah Jawa Tengah akan memasuki awal musim penghujan. Terutama wilayah Jawa Tengah bagian barat.

 

Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang mencatat, indikasi pergantian musim ini sudah terpantau.

 

“Tanda- tanda global bakal datangnya pergantian musim ini sudah terpantau,” ungkap Staf Datin/ Forecaster BMKG Stasiun Klimatologi Semarang, Septima, Rabu (1/10).

 

Ia mengungkapkan, tanda- tanda global yang dimaksud berupa perubahan selisih tekanan permukaan laut (SPL) antara Tahiti dengan Darwin.

 

Dalam beberapa bulan terakhir, jelasnya, selisih perbedaan SPL ini masih berkisar 10 hingga 11 derajat celcius. Saat ini selisih SPL ini sudah berkisar 6 derajat celcius.

 

“Artinya, selisih suhu permukaan laut ini berangsur- angsur akan menuju 0 derajat yang akan sangat mempengaruhi curah hujan,” jelasnya.

 

Dengan tanda- tanda ini, masih kata Septima, wilayah  yang akan masuk awal musim penghujan meliputi kawasan Jawa Tengah bagian barat.

 

Berturut- turut berikutnya adalah Jawa Tengah bagian tengah dan selanjutnya wilayah Jawa Tengah di bagian timur.

 

Ia juga menyampaikan, dengan kondisi ini --dalam tiga pekan ke depan-- cuaca di sebagian besar wilayah Jawa Tengah, diperkirakan masih akan berlangsung terik, pada siang hari.

 

Temperatur udara pada tengah hari masih berkisar 34 hingga 35 derajat celsius. Karena itu masyarakat diimbau untuk dapat efisien mengelola air.

 

Cuaca yang terik, lanjutnya, juga rentan mengakibatkan dehidrasi. Sehingga masyarakat yang beraktivitas pada siang hari sangat dianjurkan untuk lebih banyak minum air.

 

“Termasuk menggunakan tabir surya atau payung agar kulit tidak terdampak langsung oleh sengatan sinar matahari,” tambah Septima.

 

Masih terkait dengan kondisi musim, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo juga menyampaikan agar para petani dapat menyiasati melalui pergantian pola tanam.

 

Hal ini untuk menghindari kerugian yang lebih besar bagi para petani. Saat musim kering petani perlu menanam tanaman yang tak banyak membutuhkan air. “Namun tetap menghasilkan dan hasil ini dapat dimanfaatkan saat musim kemarau berlangsung,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement