Selasa 30 Sep 2014 19:06 WIB

Melahirkan Terlalu Muda Tingkatkan Risiko Kematian

Ibu Hamil (ilustrasi)
Ibu Hamil (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Abidinsyah Siregar mengungkapkan, tingginya angka kematian pada ibu hamil disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain menikah terlalu muda, yakni pada usia di bawah 16 tahun.

Selain itu, terlalu tua untuk melahirkan, yakni di atas usia 35 tahun, terlalu sering melahirkan atau jarak kelahiran yang terlalu dekat serta terlalu banyak mempunyai anak dengan total lebih dari empat anak.

Sedangkan faktor eksternal sering terlambat mengetahui kelainan atau penyakit pada ibu hamil, yakni kebanyakan disebabkan taraf pendidikan yang rendah, terlambat mengambil keputusan dalam persalinan yang disebabkan jauhnya jarak geografis serta kondisi ekonomi, yang menyebabkan pasien ibu hamil tidak tertangani.

"Sesuai data SDKI, angka kematian ibu di Indonesia pernah mencapai yang tertinggi di Asia pada 2012, namun secara bertahap dari tahun ke tahun menurun, dan ditargetkan jumlah kematian ibu turun menjadi 226 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2015," katanya dalam acara 'Hari Kontrasepsi Dunia' di Jakarta, Selasa (30/9).

Karenanya, pemerintah menargetkan mengurangi jumlah kematian ibu menjadi 226 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2015, dari 359 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2012. Target itu sesuai hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).

Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono yang hadir dan membuka kegiatan itu mengatakan peranan kepala daerah seperti gubernur, wali kota dan sektor paling bawah, merupakan sektor yang paling penting menekan jumlah penduduk dan menekang angka kematian ibu dan anak.

Sebab, tanpa adanya upaya maksimal pada sektor paling bawah tidak mungkin laju penduduk dan angka kematian ibu dan anak di Indonesia bisa ditekan. Karena itu, salah satu cara yang harus ditekankan saat ini adalah bekerja di lapangan, dan bukan di dalam ruangan dengan cara sosialisasi dan praktek secara langsung untuk memberikan informasi mengenai pentingnya kesehatan ibu dan anak.

"Selain itu, kesadaran terhadap dua anak cukup kini harus terus kita tumbuhkan lagi seperti pada masa-masa lalu, sebab dengan potensi penduduk yang besar bukanlah sebagai ancaman, melainkan kekuatan dunia," katanya.

Ia berharap, ke depan dengan rencana adanya kementerian baru di bidang kependudukan akan mendorong program penekanan terhadap jumlah penduduk, sebab masalah laju penduduk merupakan yang strategis dan masuk dalam Millenium Development Goals (MDGs).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement