REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Sektor peternakan di Kabupaten Timor Selatan menjadi andalan bagi pendapatan asli daerah (PAD) tertinggi pada Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).Hingga pertengahan September 2014, kontribusi pemasukan dari izin ternak. Sebesar Rp 838.820.000. Satu ekor sapi dikenakan retribusi izin pengirimam Rp 20 ribu.
"Peluang pasar ternak itu terbuka lebar, namun sampai saat ini, belum ada pengusaha ternak asal NTT yang melirik ke sana, sehingga pemerintah provinsi terus mendorong dengan sejumlah langkah diantaranya pencegahan penyakit," Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Thobias Uly, Ahad (28/9).
Selain itu katanya terus mendoronq para peternak yang ada di daerah ini untuk memanfaatkan peluang itu dengan memasarkan ternak ke Timor Leste. "Pada 22 Juli 2014, pengusaha dan peternak dari Timor Leste, datang ke NTT dan melihat peternakan yang ada di daerah ini. Para pengusaha dan peternak Timor Leste ini, sangat tertarik untuk mengembangkan ternak babi di Timor Leste," katanya.
Bukan cuma itu, rencana kerjasama bidang peternakan Indonesia - Timor Leste sudah dilakukan sejak tahun 2010 silam. Rencana itu terhenti karena disoroti Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian karena harus ada persiapan yang matang terutama menyiapkan ternak agar memiliki daya saing di pasaran.
"Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diminta meningkatkan daya saing pasar ternak dengan membasmi penyakit ternak pada sapi dan babi. Karena penyakit burcelosis pada sapi dan hogcolera pada babi, daya saing pasar dua ternak ini di tingkat nasional masih kalah dengan daerah lain," kata Ully.