Sabtu 27 Sep 2014 12:06 WIB

NU: ISIS Harus Dihadapi dengan Pancasila

Rep: C60/ Red: Julkifli Marbun
Pancasila
Pancasila

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) di Indonesia, tidak hanya bisa dihadapi dengan cara militer. Cara menaklukkan ISIS yang paling tepat adalah melakukan perlawanan menggunaka ideologi Pancasila.

“ISIS tidak bisa hanya dilawan dengan militer, namun harus (dilawan) dengan ideologi Pancasila,” ujar Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Kiai As’ad Said Ali dalam peluncuran buku karyanya berjudul “Al Qaeda”, di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (26/9) malam.

ISIS, kata As’ad, bertujuan untuk membangun sistem politik Islam yang sesuai dengan ajaran ISIS. Kelompok agama non-Islam dianggap sebagai musuh yang boleh diperangi. Demikian juga kelompok Islam yang berbeda aliran, boleh diperangi bahkan dibunuh.

As’ad menyatakan, perlawanan militer terhadap ISIS hanya akan menjadikan ISIS semakin kuat. Sebab perlawanan represif dapat akan dijadikan bahan untuk menggalang kekuatan ISIS yang lebih besar.

As’ad mengimbau pemerintah dan semua kalangan untuk bersama melawan keberadaan ISIS di Indonesia dengan cara meningkatkan pemahaman terhadap ideologi Pancasila. “Tidak bisa hanya polisi dan tentara saja, namun seluruh warga,” ujar dia.

ISIS, kata As’ad, merupakan kelanjutan dari jaringan Islam garis keras Alqaeda. Sebelum resmi bernama ISIS, kelompok yang dipimpin oleh Abu Bakar Albaghdadi ini merupakan jaringan Alqaeda untuk area Irak.

Salah seorang tokoh Alqaeda, Abu Musa Azzarqowi, tahun 2001 melarikan diri dari Afgansitan ke Irak. Di Irak, dia mendirikan Alqaeda. “Dan itulah bibit ISIS yang sekarang,” ujar dia.

As’ad mengumpamakan Alqaeda dan ISIS sebagai dua hal yang memiliki persamaan. ISIS dan Alqaeda, kata dia, berbeda dalam nama dan gaya, tetapi memiliki misi dan tujuan yang sama.

Dia juga mengingatkan, demokrasi yang dianut Indonesia, harus memiliki batas. Kebebasan demokrasi yang berlebihan bisa dimanfaatkan kelompok jaringan ISIS di Indonesia untuk membangun kekuatan.

Disamping itu, kata As’ad, terkadang kelompok media yang memuat pemberitaan tentang ISIS, tanpa sadar sedang memberikan propaganda “gratis” bagi ISIS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement