REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono prihatin atas maraknya konflik, baik yang melibatkan umat Islam dengan pihak lain maupun konflik antarumat Islam, khususnya yang tengah terjadi di kawasan Timur Tengah dan harus segera diakhiri.
"Yang ada dalam benak saya adalah kita harus menghentikan kekerasan dan kemudian harus ada solusi yang komprehensif yang bijak untuk menanganinya," kata Presiden saat menghadiri peresmian Masjid Indonesia di Silver Spring, Washington DC, Jumat (26/9) siang waktu setempat atau Sabtu (27/9) dini hari waktu Jakarta.
Presiden mengatakan saat ini pendekatan yang ditempuh untuk menghentikan kekerasan itu melalui pendekatan "soft power" dan "smart power".
"Kekerasan yang masih terjadi ini harus kita hentikan sebelum kita semua menyesal, ada cara yang bisa ditempuh. Perbedaan antara Islam dan Barat juga harus ada jalan yang ditempuh. Kekerasan harus secara perlahan kita kurangi dan akhirnya membawa korban yang tidak perlu," kata Kepala Negara.
Ditambahkannya, "Saya berpikir ketika berbicara dengan sejumlah menteri saat di New York setelah berpidato di PBB bagaimana kita bisa melakukan sesuatu yang besar di dunia agar jarak atau permusuhan antar yang berkonflik tidak melebar."
Masjid Indonesia di Washington DC merupakan inisiasi dari sejumlah kalangan dan dikelola oleh Indonesian Muslim Asscosiation of America (IMAAM).
Masjid sekaligus pusat kegiatan Islam itu berdiri di atas tanah seluas 11.300 meter persegi dan dibeli secara penuh untuk kegiatan IMAAM pada Juni 2014.
IMAAM sendiri merupakan organisasi nonprofit berpusat di kawasan Silver Spring Maryland dan memiliki anggota 500 kepala keluarga sejak 1993.
Kepada pengurus IMAAM, Presiden Yudhoyono menitipkan agar Masjid dan pusat kegiatan Islam itu dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk membuka ruang persahabatan dan dialog dengan berbagai pihak, baik antarumat Islam maupun umat beragama di luar Islam.
Setelah meresmikan masjid tersebut, Presiden dan rombongan kemudian menunaikan shalat Jumat. Usai shalat Jumat Presiden kemudian mengadakan pertemuan dengan beberapa pemuka umat Islam di Amerika Serikat dan melakukan dialog.