Selasa 23 Sep 2014 19:53 WIB

Pembekuan Petral, Ajang Jokowi Tepati Janji

Rep: C88/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Jokowi (Joko Widodo) di Balai Kota, Jakarta, Rabu (3/9). (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Jokowi (Joko Widodo) di Balai Kota, Jakarta, Rabu (3/9). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Wacana tim transisi yang akan mengkaji pembekuan Petral dipandang sebagai ajang pembuktian janji Jokowi-JK. Pengamat energi Komaidi Notonagoro melihat hal itu sebagai simbol komitmen Jokowi-JK memberantas mafia migas.

Petral, kata Komaidi, selama ini disinyalir sebagai instrumen mafia migas. Petral dinilai sebagai bagian dari masalah distribusi minyak di Indonesia.

Anggapan tersebut baru dapat dibuktikan jika Petral sudah benar-benar dibekukan. "Masih perlu dilihat lagi apakah pembekuan ini akan memberi dampak signifikan terhadap tata kelola migas," katanya saat dihubungi Republika pada Selasa (23/9).

Jika setelah Petral dibekukan ternyata masih ada mafia migas, berarti ada banyak dimensi yang menjadi pintu masuk para mafia. Hal ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla ke depan

Menurut Komaidi dengan dibekukannya Petral, maka akan ada perubahan mekanisme pengadaan minyak impor. Tepat tidaknya keputusan membekukan Petral tergantung dari penyesuaian regulasi yang dilakukan.

"Pengadaan minyak konteksnya bukan hanya bisnis tetapi juga menyangkut politik dan sosial kemasyarakatan," tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement