Selasa 23 Sep 2014 18:30 WIB

Bentrok, Pengamat: Terjadi Kesenjangan Ekonomi Antara TNI dan Polisi

Rep: C91/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
 Wapres Boediono (kedua kiri) bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kiri), Kapolri Jenderal Pol Sutarman (kedua kanan) dan KASAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia (kanan) saat melepas Presiden SBY di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta. (Antara/Widod
Wapres Boediono (kedua kiri) bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kiri), Kapolri Jenderal Pol Sutarman (kedua kanan) dan KASAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia (kanan) saat melepas Presiden SBY di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta. (Antara/Widod

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bentrok antara polisi dan TNI masih terus terjadi. Pengamat Militer dari Universitas Padjajaran, Muradi, menyebutkan, sejak tahun 1999 hingga 2014, terdapat hampir 200 kali bentrokan antara dua lembaga aparat keamanan itu.

Menurut dia, ada tiga faktor utama yang membuat bentrok antara polisi dan TNI terus terjadi. Pertama, menyangkut jiwa korsa. "Pasca pemisahan polisi dan TNI, terdapat perasaan 'keakuan' yang sangat luar biasa," ujar Muradi, saat dihubungi, Selasa, (23/9).

Ia menambahkan, kuncinya sekarang ada di polisi, karena sebelum reformasi, TNI lebih kaya atau berpengaruh. Hanya saja kini sebaliknya, polisi lebih kaya dibandingkan TNI.

Faktor kedua, menyangkut taliwang atau aset bisnis. Muradi menjelaskan, sekarang polisi juga memonopoli aset bisnis. "Misalnya seperti kasus di Batam kemarin, tentang penimbunan BBM, keduanya terlibat, namun polisi tampak lebih menguasai," jelasnya.

kemudian faktor ketiga, berkaitan dengan inferioritas atau sikap rendah diri, terutama secara ekonomi. Ia mencontohkan, di Kabupaten garut mobil dinas Polres bermodel Sport Ranger, sedangkan TNI hanya Panther, sehingga ada kesenjangan keduanya pasca pemisahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement