Senin 22 Sep 2014 21:22 WIB

SM Amin, Sosok di Balik Peristiwa Sumpah Pemuda (1)

Rep: irwan kelana/ Red: Damanhuri Zuhri
Anggota Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM).
Foto: doik.Riawan Amin
Anggota Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagaimana biasa setiap tahun Museum Sumpah Pemuda yang beralamat di Jalan Kramat Raya Nomor 106 Jakarta, mengadakan seminar tentang tokoh yang berjasa dalam gerakan kepemudaan.

Tokoh tersebut terutama yang berkontribusi pada organisasi-organisasi kepemudaan yang kemudian berujung pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 yang menghasilkan apa yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Pada tahun 2014 ini Museum Sumpah Pemuda menyeminarkan ketokohan Mr SM Amin dalam gerakan kepemudaan. Acara tersebut digelar di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta, Rabu (24/9).

 

Mr SM Amin merupakan tokoh penting Jong Sumatranen Bond (JSB) dan Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM) yang menyatukan gerakan kepemudaan yang bersifat kedaerahan.

Akan tetapi, selama ini peran Mr SM Amin yang begitu penting tidak dikenal oleh sebagian besar bangsa Indonesia. Untuk mengangkat tokoh yang belum dikenal itu, Museum Sumpah Pemuda mengadakan seminar dengan mengundang empat narasumber.

 

Keempat nara sumber tersebut yakni, Dr phil Ichwan Azhari  MS (kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Negeri Medan), Dr Rusdy Husein, Ananda B Kusuma SH, dan Kasjianto SS, M Hum.

Selain seminar menampilkan pemikiran ke-empat narasumber, acara ini juga dirangkaikan dengan penerbitan buku berjudul  Peran Mr SM Amin Dalam Pergerakan Pemuda Indonesia - Dari Jong Sumatranen Bond, Sumpah Pemuda, Sampai Komisi Besar Indonesia Muda yang ditulis Pidia Amelia, seorang mahasiswa Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya UGM. Buku tersebut diterbitkan oleh Universitas Negeri Medan Press (Unimed Press).

 

Ichwan Azhari  mengatakan buku tersebut cukup penting karena merupakan upaya mengingatkan bangsa Indonesia terhadap perjalanan sejarah nasionalisme SM Amin.

“Melalui buku ini kita dapat terbantu memahami sisa kabur sejarah nasionalisme awal abad ke-20, di mana anak-anak yang waktu itu berusia belia seperti Mr  SM Amin, sudah berjuang dalam mengkontruksi sebuah nasion yang belum ada,” ujarnya, Senin (22/9).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement