Senin 22 Sep 2014 16:48 WIB

Ketika Kebakaran, Upayakan Jangan Panik Berlebihan

Rep: c89/c92/ Red: Ratna Puspita
Suasana Aktivitas para warga korban kebakaran yang mengungsi di gedung serba guna Rumah Susun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (22/9). (Republika/Rakhmawaty La'lang )
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Suasana Aktivitas para warga korban kebakaran yang mengungsi di gedung serba guna Rumah Susun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (22/9). (Republika/Rakhmawaty La'lang )

REPUBLIKA.CO.ID, GAMBIR -- Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana menyatakan jumlah kebakaran meningkat memasuki musim kemarau. Ketika kebakaran terjadi, warga diminta tidak panik berlebihan. 

Kepala Bidang Partisipasi Masyarakat Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kamsudin mengatakan, masyarakat tidak boleh menunjukkan kepanikan yang berlebihan ketika kebakaran terjadi. Sebab, kepanikan berlebihan justru dapat membuat kebakaran membesar dan upaya pemadaman terhambat. 

Saat api masih terlihat kecil, Kamsudin menerangkan, masyarakat harus melakukan upaya maksimal untuk memadamkannya. Semua warga harus ikut terlibat dalam upaya pemadaman tersebut. "Lakukan pemadaman dengan apa saja. Jangan terpaku pada satu benda. Juga, jangan meninggalkan api saat masih bisa secara bersama dipadamkan," kata dia, Senin (22/9).

Kamsudin juga mengingatkan warga untuk langsung memanggil petugas kebakaran serta melakukan komunikasi dengan kelurahan dan kepolisian terdekat. Karena itu, masyarakat sebaiknya menyimpan nomor telepom pemadam kebakaran. 

Saat petugas datang, Kamsudin menerangkan, warga harus membantu petugas masuk ke area kebakaran agar pemadaman lebih lancar. Selain itu, dia menyatakan, warga wajib menginformasikan apabila ada sumber air terdekat. "Ada kolam renang, sumur besar kasih tau. Kami tidak tahu, dan mencari yang jauh akhirnya memakan waktu," ujar Kamsudin. 

Kamsudin menambahkan, kesadaran mengantisipasi musibah harus berasal dari seluruh masyarakat. "Semua orang wajib mengatasi kebakaran. Karena bisa mengancam kapan saja, dimana saja. Untuk itu masyarakat perlu waspada," kata dia. 

Mulyati, korban kebakaran di Kebon Kacang, Jakarta Pusat, mengatakan, kepanikan tidak terhindarkan karena dia langsung melihat api membesar. Pada kebakaran yang terjadi Sabtu (20/9) malam, Mulyati dan keluarganya belum tertidur. Kala itu, dia menceritakan, juga tidak ada teriakan. "Kalau //enggak// buka pintu, kami //enggak// tahu ada kebakaran," kata dia. 

Hingga tiga hari pascakebakaran, warga membutuhkan alat ibadah, perlengkapan mandi, dan sekolah. "Sampai saat ini belum (bantuan alat sekolah). Padahal, sudah banyak permintaan," kata Mulyati. 

Pada Sabtu (20/9) malam, kebakaran melanda permukiman di Kebon Kacang, Jakarta Pusat, dengan kerugian Rp 3 miliar. Kejadian itu bukan satu-satunya aksi si jago merah di Jakarta dua pekan terakhir. 

Sejak Sabtu (13/9), kebakaran melanda permukiman di Cililitan, Jakarta Timur; Pademangan, Jakarta Utara; Gedung Arsip Kementerian ESDM, Gambir, Jakarta Pusat; dan gudang kayu di Cilincing, Jakarta Utara. Kebakaran-kebakaran tersebut diperkirakan menyebabkan kerugian hingga Rp 18 miliar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement