REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kondisi debit air Sungai Cisadane Tangerang, Banten, semakin berkurang pada musim kemarau, dan kini masuk ke kategori kritis.
Kepala Bendung Pintu Air 10 Pasar Baru Tangerang, Sumarto di Tangerang, Senin, mengatakan, debit air terus mengalami penurunan akibat musim kemarau yang berkepanjangan.
Debit air masuk dalam level kritis sebab ketinggian paras air mencapai 11,70 meter dari batas normal 12,50 meter. "Kondisinya masuk level kritis meski masih terlihat banyak air di Sungai Cisadane tetapi debitnya terus berkurang," ujarnya.
Akibatnya, seluruh pintu air yang berjumlah 10 pintu tidak dibuka agar debit air di Sungai Cisadane yang masuk dalam wilayah Kota Tangerang tetap ada.
Air sungai itu merupakan sumber utama bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) serta industri. Tercatat ada tiga perusahaan air yang mengambil air dari Sungai Cisadane yakni PDAM Tirta Kerja Raharja milik Pemda Kabupaten Tangerang, PDAM Tirta Benteng Milik Pemda Kota Tangerang serta Aetra Tangerang.
Berdasarkan data, PDAM mengambil air dengan jumlah 2,4 meter kubik per detik. Sedangkan industri mengambil air 3,2 meter kubik per detik.
"Selama dalam kondisi kritis seperti ini, seluruh pintu air kita tutup. Artinya tidak ada pembuangan ke laut," tegasnya.
Tak hanya itu, pembuangan air ke dua saluran pintu intake pun dibagi. Penjaga pintu intake diminta untuk mengatur pembagiannya.
"Warga akan mengalami imbas akibat pembatasan air dari saluran irigasi, terutama untuk warga kabupaten tangerang," ujarnya.
Dijelaskannya pula, sebelumnya debit air Sungai Cisadane sempat naik akibat hujan. Namun, hal itu akan bertahan selama dua hari ke depan. "Kalau kemarau terus berkepanjangan, akan terus kritis," paparnya.
Pelaksana lapangan bendung pintu air 10, Dedi, menambahkan, pengaturan dua pintu intake akan dilakukan sesuai kondisi debit air. "Bila memang semakin berkurang, maka akan dikurangi juga air ke saluran kali irigasi," ujarnya.