Ahad 21 Sep 2014 14:50 WIB

Gunung Slamet Mulai Reda, Tapi Terus Dipantau

Letusan abu akibat erupsi Gunung Slamet, terlihat dari Dusun Pratin, Desa Kutabawa, karangreja, Purbalingga, Jateng, Rabu (17/9)..   (foto : Idhad Zakaria)
Letusan abu akibat erupsi Gunung Slamet, terlihat dari Dusun Pratin, Desa Kutabawa, karangreja, Purbalingga, Jateng, Rabu (17/9).. (foto : Idhad Zakaria)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Aktivitas vulkanik Gunung Slamet, sejak empat hari terakhir, cenderung terus mengalami penurunan. Sejak letusan terakhir yang ditandai dengan asap kelabu tebal dan lontaran lava pijar pada  Kamis (28/9) dini hari, hingga Ahad (21/9) tidak terjadi lagi letusan. Namun, aktivitas kegempaan masih terus berlangsung.

Koordinator pos pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, Sudrajat,  menyebutkan aktivitas vulkanik yang terjadi sejak beberapa hari terakhir ini memang hanya ditandai gempa harmonik dan gempa embusan.

''Namun hal ini menunjukkan aktivitas vulkanik masih terus berlangsung dan belum mengalami penurunan. Gempa tremor menunjukkan masih brlangsung suplai energi dari bawah ke permukaan. Karena itu, status Gunung Slamet masih tetap dipertahankan pada level Siaga atau level III,'' jelasnya, Ahad (21/9). Berdasarkan status tersebut, areal berbahaya aktivitas warga masih di radius 4 km dari puncak. 

Berdasarkan data di pos pengamatan, sepanjang Sabtu (20/9) malam pukul 18.00 hingga Kamis (21/9) pukul 06.00, terpantau tidak ada lontaran lava pijar. Bahkan kepulan asap putih tipis yang dalam kondisi normal terlihat mengepul di puncak, juga tidak teramati.

Meski demikian, selama periode tersebut 13 gempa tremor harmonik dan 73 kali gempa embusan. Kekuatan gempa harmonik pada kisaran amplitudo 3-30 mm, sedangkan gempa embusan pada kisaran amplitudo 4-46 mm.

Sedangkan pada periode Ahad (21/0) sejak pukul 06.00-12.00 WIB, petugas pengamat melihat adanya asap putih tipis dengan ketinggian 50 -100 m dari puncak Slamet. Sedangkan untuk kegempaan, tercatat 45 kali gempa hembusan dan 3 kali gempa tremor harmonik.

Soal deformasi Gunung Slamet, dia mengakui, perubahan bentuk Gunung Slamet masih terus berlangsung sejak berstatus Siaga pada 12 Agustus 2014 lalu. ''Hal ini menunjukkan bahwa Gunung Slamet belum kembali ke bentuk semula meskipun sempat terjadi beberapa kali letusan,'' jelasnya.

Untuk lebih mengintensifkan pengamatan Gunung Slamet, Sudrajat menyatakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Gunung Api (PVMBG) telah memasang kamera CCTV di lereng Gunung Slamet. ''Kamera tersebut kami tempatkan di sisi barat Gunung Slamet, yakni di Bojong, Kabupaten Tegal,'' katanya.

Selain kamera CCTV, PVMBG juga memasang beberapa peralatan baru di berbagai lokasi. Antara lain berupa alat pengukur suhu permanen yang dipasang di Baturraden (Banyumas) dan Guci (Tegal), alat pengukur deformasi yang dipasang di Dusun Bambangan Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga  dan di Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Slamet di Gambuhan (Pemalang), serta dua seismogram di lereng timur Gunung Slamet sebelah atas Bambangan. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement