REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Global Future Institute (GFI) Ferdiansyah Ali mengungkapkan, ada upaya memunculkan beberapa kandidat untuk mengisi pos sektor minyak dan gas (migas). Salah satunya Taslim Z Yunus yang dijagokan Hendropriyono sebagai calon dirut Pertamina.
"Sebagai tandem kemunculan Darwin Silalahi," ujar Ferdiansyah, di Jakarta, Kamis (18/7).
Menurutnya, bahkan berdasarkan informasi yang berkembang, Taslim mendapat sokongan dari jaringan Cina, yakni CNOOC dan Petro China, berkolaborasi dengan beberapa nama dalam negeri seperti Raden Priyono, Edi Yosfi, Chandra, dan Eka Jaya.
"Menurut catatan tim riset GFI, Taslim lulusan ITB bidang Geofisika pada 1987, punya kedekatan hubungan dengan Yayasan Prasetya Mulya," ujarnya.
Menurutnya, yayasan tersebut merupakan tempat berkumpulnya beberapa konglomerat Cina yang di era pemerintahan Soeharto seringkali disebut Kelompok Jimbaran. "Termasuk dalam kelompok Yayasan Prasetya Mulya tersebut, adalah Liem Soe Liong, Sofyan Wanandi, Eka Cipta Wijaya, dan masih banyak lagi," kata Ferdiansyah.
Taslim meraih gelar Master of Management di bidang Manajemen Strategis pada Prasetya Mulya Business School pada 1997 dan gelar doktor bidang bisnis manajemen di Universitas Padjajaran pada 2008, tercatat pernah menjabat sebagai Vice President Representative BP Migas di Conoco Philips sejak 2008 hingga 2011.
Bahkan saat ini Taslim menduduki posisi sebagai Vice President Representative SKK Migas di korporasi minyak Cina CNOOC dan Husky. Sepertinya, masih kata Ferdiansyah, klasifikasi anggota kabinet yang diistilahkan oleh presiden terpilih Jokowi-JK sebagai profesional nonpartai, nampaknya dimaksudkan untuk mengakomodasikan beberapa sosok, seperti Darwin Silalahi dan Taslim Z Yunus.
"Keduanya tidak saja diplot untuk menguasai sektor migas, melainkan juga beberapa sektor strategis lainnya, seperti Pertanian, Perdagangan, dan tentunya Keuangan," kata Ferdiansyah.