REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan bahwa material yang tersebar ke Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, pasca-erupsi Gunung Slamet bukan pasir melainkan abu.
"Abu berbeda dengan pasir. Abu bisa tersebar jauh karena berat jenisnya lebih kecil dari pasir," katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis (18/9).
Ia mengatakan hal itu diketahui berdasarkan tinjauan lapangan terkait isu hujan pasir di sekitar Gunung Slamet pasca-erupsi yang terjadi pada Rabu (17/9).
Dalam tinjauan lapangan yang dilakukan di halaman kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Banyumas, kata dia, diperoleh sebaran abu tipis ukuran 0,1-0,2 milimeter.
"Kantor Bappeda Banyumas berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat erupsi," katanya.
Seperti diwartakan, warga sejumlah wilayah Banyumas digegerkan dengan hujan abu yang ukurannya menyerupai pasir pasca-erupsi Gunung Slamet pada Rabu (17/9).
Salah seorang warga Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, Budi Satrio mengatakan bahwa hujan pasir turun setelah terdengar letusan kedua dari Gunung Slamet.
"Tapi cuma sebentar, sekitar dua hingga tiga menit. Suara pasir yang berjatuhan di atap sangat keras," katanya.
Bahkan, hingga Rabu malam, sebaran material vulkanik Gunung Slamet itu menjangkau Purwokerto.