REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU--Kabut asap dampak dari peristiwa kebakaran hutan dan lahan, Selasa malam terasa kian pekat menyelimuti wilayah Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.
"Baunya juga semakin terasa menyengat dan menyesakkan," kata Melia (30), ibu rumah tangga warga Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, (16/9).
Dia mengaku khawatir kualitas udara yang kian menurun akibat tercemar asap dapat mengganggu kesehatan dua balitanya yang masih berusia tujuh bulan dan satu tahun sembilan bulan.
"Kemarin saya mengikuti Seminar Prenagen, dan dokter yang menjadi narasumber pada acara itu mengatakan kalau asap kebakaran hutan sangat membahayakan kesehatan anak dan ibu hamil," katanya.
Kabut asap di Pekanbaru terasa dan terlihat lebih pekat dibandingkan sehari sebelumnya. Pada jarak kurang dari 500 meter, cahaya lampu jalan tampak redup akibat terlindung asap.
Sejumlah warga pejalan kaki dan pengendara sepeda motor sebagian telah tampak mengenakan masker untuk mengantisipasi berbagai penyakit yang mengancam saat "musim" kabut asap.
"Kalau tidak, bisa kena ISPA (Inveksi Saluran Pernafasan Atas)," kata Azhar (27), warga Jalan Bukit Barisan, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru.
Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebelumnya merilis, kabut asap telah mencemari udara sebagian Riau, khususnya Pekanbaru dan sebagian wilayah Pelalawan serta daerah kabupaten/kota lainnya.
Menurut hasil pantauan Satelit Terra dan Aqua, di daratan Riau telah bermunculan lebih seratus titik panas di mana kurang dari setengahnya dipastikan merupakan peristiwa kebakaran hutan dan lahan.
Kepala Bidang Data BNPB, Agus Wibowo mengatakan, dengan kondisi demikian posko penanggulangan bencana asap dan kebakaran lahan di Riau kembali diaktifkan.
Posko yang dimaksud Agus berada di dalam Kompleks Lanud TNI Roesmin Nurjadin Pekanbaru."Sejak kemarin posko itu telah kembali diaktifkan dan upaya pemadaman terus dilakukan baik melalui jalur darat maupun udara," katanya.
Gubernur Riau Annas Maamun sebelumnya telah mengimbau para bupati dan wali kota untuk membentuk masyarakat peduli api hingga ke pelosok desa guna mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan penyebab munculnya kabut asap.