REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kenaikan harga gas elpiji non subsidi atau tabung 12 kilogram, membuat masyarakat di Palu beralih menggunakan kayu bakar. Dalam sepekan terakhir, pemintaan akan kayu bakar pun meningkat pesat.
"Peningkatan ini lebih dikarenakan dampak dari kenaikan harga elpiji nonsubsidi," kata Gilang, salah seorang penjual kayu bakar di Kecamatan Palu Selatan, Senin (15/9).
Gilang mengatakan pada pekan-pekan sebelumnya, dalam sehari rata-rata penghasilan dari menjual kayu bakar hanya berkisar Rp100 ribu, namun sepekan terakhir meningkat hingga Rp250 ribu per harinya.
Menurutnya, kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg di satu sisi memberikan keuntungan bagi para pedagang kayu bakar. Tetapi di sisi lain justru memberatkan sebagian masyarakat yang selama ini menggunakan elpiji 12kg karena harganya mengalami kenaikan cukup tinggi dari sebelumnya.
Hal senada juga disampaikan Djafar, penjual kayu bakar di Pasar Masomba bahwa banyak warga yang membeli kayu bakar setelah harga elpiji melonjak dari Rp120.000 menjadi Rp140.000/tabung.
"Kemungkinan besar ini untuk penghematan karena harga elpiji mahal. Memang yang rasakan adalah para pedagang besar, pemilik hotel dan restoran dan juga penjual makanan seperti martabak yang selama ini rata-rata menggunakan elpiji 12kg," katanya.Djafar.
Harga kayu bakar dijual pedagang kepada konsumen berkisar Rp5.000 per ikat. Sementara harga elpiji 3kg (subsidi) di pasaran bervariasi antara Rp16.000 sampai Rp16.500 per tabung.[bay]