Sabtu 13 Sep 2014 18:45 WIB

IPAL Kampung Batik Laweyan Diakui Belum Optimal

Rep: Edy Setyoko/ Red: Indira Rezkisari
Produksi batik di Kampung Batik Laweyan, Solo.
Foto: Antara
Produksi batik di Kampung Batik Laweyan, Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Dua sungai legendaris yang membelah Kota Solo diduga tercemar akibat semakin berkembangnya industri tekstil di Solo. Berdasarkan hasil penelitian Kali Jenes dan Kali Wingko tercemar berat hingga mengakibatkan matinya sejumlah ikan di sana.

Menanganggapinya, Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, Alpha Fabela Priatmono, akan melakukan tinjauan lapangan terkait isu miring tersebut.

''Kami belum mendengar adanya berita ini. Jika benar, kami akan melakukan tinjauan lapangan dulu. Kami perlu melakukan tinjauan, karena kami sering melakukan sosialisasi terkait pembuangan limbah industri batik ke anggota,'' katanya.

 

Menurut Alpha, sebenarnya ada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal di Kampoeng Batik Laweyan. Namun, optimalisasi pemakaian dirasa masih kurang. Sehingga masih banyak unit produksi batik belum bisa mengolah limbah batik dalam IPAL komunal.

Eko Setyo Winarto, Ketua LSM Paguyuban Ngrekso Lepen Mangku Keprabon (NLMK), mengaku mempunyai bukti riil, berikut dokumentasi ihwal kondisi pencemaran sungai di sana. Banyak foto-foto ikan mati di sepanjang sungai. Termasuk pabrik tekstil yang sengaja membuang limbah ke Kali Jenes dan Kali Wingko.

 

Tingkat pencemaran sungai, kata Eko, sangat parah. Ini dibuktikan matinya ikan Sapu-Sapu. Padahal, jenis ikan warna hitam legam ini paling tahan hidup dalam kondisi air tercemar. ''Kalau ikan Sapu-Sapu saja mati, berarti tingkat pencemaran sangat parah,'' tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement