REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Simpang siur penetapan harga jual standar untuk gas elpiji tabung 12 kilogram cukup membingungkan pihak distributor di wilayah Kabupaten Purwakarta.
Sun Kheng, distributor elpiji 12 kilogram untuk wilayah Kabupaten Purwakarta mengaku menetapkan harga jual sebesar Rp 115 ribu per tabung mulai Jumat (12/9). Harga tersebut ia terapkan dengan menyesuaikan harga jual Pertamina sebesar Rp 112.600.
Sun mengaku sempat bingung ketika kabar kenaikan harga dari Pertamina pertama kali mencuat pada Rabu (10/9). Pada hari itu, ia belum bisa memastikan berapa harga jual yang seharusnya ia patok.
Sun menyebut sempat menjual elpiji 12 kg kepada pelanggannya dengan harga Rp 105 ribu per tabung dari sebelumnya sebesar Rp 96 ribu per tabung. Akan tetapi, pada pukul 11.00 WIB, ia mendapat kabar untuk menaikkan harga karena jika terus menjual dengan harga tersebut bisa berujung kerugian. Akhirnya ia memutuskan untuk menaikkan harga menjadi Rp 110 ribu per tabung.
"Jadi saya sempat tekor karena jual di bawah harga standar," kata Sun.
Baru pada Kamis (11/9) sore, ia mendapatkan spanduk dari Pertamina yang menyebutkan harga jual standar untuk distributor. Sun mengaku belum merasakan dampak dari kenaikan harga elpiji 12 kilogram. Permintaan dari pelanggan pun tetap stabil 250 tabung per hari.
Ia baru bisa memperhitungkan setelah seminggu atau dua minggu ke depan apabila ada pelanggan yang beralih ke elpiji 3 kilogram. Sun sendiri mengaku cukup merasakan dampak turunnya permintaan elpiji 12 kilogram setelah ada program subsidi dari pemerintah tersebut.
"Ya masalahnya, kebanyakan yang menggunakan elpiji tiga kilo itu orang-orang mampu. Seharusnya tidak boleh," katanya.
Dampak kenaikan harga juga dirasakan oleh pedagang. Sri Wahyuningsih, salah seorang pengguna elpiji 12 kilogram mengaku berencana untuk beralih ke elpiji tiga kilogram. Pedagang mi rebus di Gelanggang Olahraga AFC, Maracang, Purwakarta itu merasakan modal usaha dia semakin berat jika harus terus menggunakan elpiji 12 kilogram.
"Kalau lama-lama bisa rugi," kata Sri.