REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketua Umum Yayasan Anak Bangsa Fahira Idris melihat adanya upaya kalangan sekuler yang ingin menggiring opini publik dalam hal nikah beda agama. Hal ini terkait permohonan sekelompok orang untuk melegalkan nikah beda agama ke Mahkamah Konstitusi baru-baru ini.
Ia juga menegaskan kelompok ini menggiring opini melalui media massa agar setuju dengan nikah beda agama.“Mereka bermain opini di media,” kata Fahira seusai acara pertemuannya dengan Menteri Agama RI dalam agenda diskusi Tolak Legalisasi Pernikahan Beda Agama di Indonesia pada Jumat Sore (12/9).
Berdasarkan pengamatannya, masyarakat Indonesia justru masih memegang nilai-nilai agama yang dianutnya. Agama-agama minoritas dan mayoritas yang dianut warga Indonesia pun, terutama Islam, tak memperbolehkan umatnya untuk menikah dengan penganut agama lain.
“Sebab menikah adalah hal yang sacral, bukan sekadar urusan pribadi tapi menyangkut agenda membangun rumah tangga sebagai pilar negara,” lanjut dia. Maka dari itu, ia pun saat ini membuat opini tandingan yang ditandai dengan pendirian Gerakan Tolak Pernikahan Beda Agama.
Ia pun berharap, media massa menjadi bagian dari penjaga pilar bangsa Indonesia. Khususnya nilai-nilai agama sebagaimana diamanatkan pancasila.