Jumat 12 Sep 2014 09:19 WIB

Seniman Jerman Pamerkan 54 Karya Seni di Lawangwangi

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Lawangwangi Creative Space, yang terletak di daerah Dago, mengelar pameran Solo Exhibition Franzizka Fennert seniman asal Jerman.

Temanya, “Place the King in the Right Position”. Pecinta seni, bisa menikmati pameran yang dilaksanakan September hingga Oktober 2014 ini. Franziska Fennert, menampilkan 54 karyanya berupa lukisan dan tiga dimensi.

Franziska Fennert tumbuh di Jerman bagian timur, di Kota Rostock, sebuah kota pelabuhan di tepi Lautan Baltik. Franziska, berjiwa petualang, Ia melancong sendirian ke negeri-negeri asing dan mencari segala hal yang berbeda dari yang ia alami sebelumnya.

Menurut Kurator Pameran, Asmudjo J Irianto, "The King in the Right Position" adalah sebuah perbincangan dan pertukaran pada tataran yang adil dan sejajar, bukannya mengenai penguasaan atau pemanfaatan budaya lain.

Saat ditempatkan ke dalam sebuah dialog antar kebudayaan, karya-karya Franziska ini mampu memposisikan ulang seni rupa pada tempat yang semestinya. ''Seni, sebagai jembatan sejati dan cara yang efesiensi untuk berkomunikasi,'' ujar Asmundo.

Menurut Asmundo, Franziska Fennert dengan kepeduliannya terhadap arah gerak dunia bukanlah seorang penganut neo-romantik. Tentunya, karya-karyanya bukanlah campuran eklektik antara berbagai kebudayaan di seluruh penjuru dunia namun sebuah pilihan yang disadari bersandar pada alasan-alasan filosofis dan artistik.

Franziska, kata dia, menyodorkan cermin di hadapan khalayak dan bertanya kepada mereka di mana dan siapa anda dalam gambaran utuh ini. Ia telah membawa kita dalam sebuah petulangan sepanjang jalur Sutera dan kini kembali ke Yogyakarta.

Direktur Lawangwangi Creative Space,  Andonowati memuji Franziska sebagai seniman memiliki semangat dan pemikiran mencari alternatif, setidaknya dari sikap hidupnya sendiri. Franziska ingin menjadi raja bagi dirinya sendiri, tak ingin mudah kalah oleh gempuran prinsip-prinsip kapital. Hal ini, menjadi dasar dari misi kesenian Franziska. Keyakinan tersebut yang menjadikan pendorong utama dan bahan bakar bagi intensitas berkeseniannya.

''Dia bergerilya secara mandiri. Franziska adalah penganut perubahan kecil atau sedikit,''katanya.

Misi tersebut, kata dia, disampaikan melalui karya-karya dan menjadi gaya hidup yang diyakininya dengan rasa bahagia. Sumber imajinasi lain bagi Franziska adalah sastra dan filsafat karya Gottfried Willhelm Leibniz sebagai filsuf idolanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement