REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerbit Mizan menyongsong masa depan penerbitan dengan meluncurkan digital initiatives. Pasar penerbitan cetak diprediksi akan semakin menurun, meskipun saat ini masih mendominasi pasar.
President Direktor Mizan Group, Haidar Bagir, mengatakan sejak 16 tahun lalu Mizan menggagas redefinisi penerbit. Mizan tidak lagi penerbit buku tapi penyedia konten.
"Karena kita lihat buku cetak ada waktunya turun bahkan hanya menjadi koleksi. Tiga sampai empat tahun terakhir gejalanya kuat. Kalau Mizan mau survive harus masuk ke sini (digital initiatives)," kata Haidar seusai peluncuran Mizan Digital Initiatives, di Hotel Grand Sahid Jaya, Kamis (11/9).
Haidar menilai saat ini dunia menuju zaman konvergensi media. Konvergensi media terjadi ketika konsumen dimungkinkan mengakses informasi dan konten yang sama atau yang kurang lebih sama, dalam berbagai platform media.
"Kita punya online store, ada aplikasi E-Hajj. Itu semua bisa diperoleh di Googleplay dan i-store dengan cara pembayaran yang mudah," jelasnya.
Namun, saat ini Mizan dan penerbit lain masih menghadapi tantangan besar dalam mengembangkan digital initiatives. Salah satunya, pengguna internet sudah terbiasa menggunakan konten gratis dan bajakan. Padahal sejumlah aplikasi dan konten yang diluncurkan semuanya berbayar.
Selain itu, sistem pembayaran dengan payment sistem masih ada yang belum terlalu populer. Apakah akun-akun tempat orang membayar bisa dipercaya juga menjadi kendala.
"Tapi dalam dua tahun terakhir jauh lebih maju. Ini hanya persoalan waktu. Apalagi promosi dengan media sosial akan jauh lebih mudah," imbuhnya.