REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah menyatakan mundur dari Partai Gerindra, Rabu (10/9). Keputusan itu sebenarnya tak mengejutkan. Mengingat ia bukan kepala daerah yang taat pada partai.
Ahok disebut beda dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang kerap menghadiri acara partainya. Sedangkan Ahok, amat jarang terlihat hadir dalam agenda Gerindra.
Alih-alih terlihat mesra dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ahok justru mengaku dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. "Sejak di Belitung sudah mesra dengan PDIP," ujarnya saat menghadiri acara open house tahun baru di kediaman politikus senior PDIP Sabam Sirait pada 4 Januari lalu.
Ahok pernah terlihat menghadiri agenda partainya saat Gerindra menggelar kampanye akbar di Gelora Bung Karno saat pileg pada 23 Maret lalu. Namun, ia datang tanpa mengenakan atribut partai.
Bahkan, Ahok juga menolak ketika diminta orasi di depan ribuan pendukung partai yang telah mengantarkannya menuju kursi DKI 2 tersebut. Menurut mantan anggota DPR tersebut, ia datang ke kampanye akbar Gerindra hanya sebagai tamu undangan saja.
Ahok juga tak menjadi juru kampanye partainya pada pileg kemarin. Padahal, Gerindra selalu membangga-banggakan Ahok sebagai kepala daerah berprestasi yang dimiliki partai berlambang burung garuda tersebut.
Alumnus Fakultas Teknik Universitas Trisakti tersebut beralasan, ia tak jadi juru kampanye karena ingin fokus pada tugasnya mengurus Jakarta.
Sikap suami Veronica Tan tersebut seolah ingin menegaskan kalau Gerindra baginya hanya kendaraan politik saja untuk menjadi pelayan rakyat.
Ahok juga pernah menyatakan, tak perlu taat pada partai. Sebab, baginya pemimpin harusnya taat pada konstitusi, bukan pada partai.
"Saya ini orang kerja, bukan orang partai," kata Ahok saat masih resmi menjadi kader Partai Gerindra.
Ikuti informasi terkini seputar sepak bola klik di sini