REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Rais Syuriah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar menjelaskan, pilkada dan pileg secara langsung merusak jiwa Indonesia. Karena kerusakan terjadi pada semua sektor.
Menurutnya, perpecahan merusak masyarakat, politik demokratis berbiaya tinggi merusak tatanan negara yang bersih, dan opini merusak ideologi Pancasila.
"Kalau pemilihan tidak langsung dianggap merusak DPR/DPRD, saya kira hal itu hanya ada pada zaman Orde Baru. Sedangkan pada era demokratis akan sulit terjadi, karena sudah ada KPK, PPATK, LSM, dan lembaga pengawas lainnya," katanya.
Ia mengakui, memang akan sulit untuk melakukan perubahan di pilpres secara langsung karena sudah diatur dalam amandemen UUD 45. Perbaikan, katanya, memang tidak bisa dilakukan secara ideal.
Tapi bukan berarti perbaikan itu harus ditinggalkan.
"Karena itu, perbaikan harus dilakukan pada tingkatan yang paling mungkin dulu. Nabi Muhammad SAW sendiri menyebutkan perpecahan atau kerusakan itu identik dengan kekufuran, meski pun bukan kekufuran dalam konteks iman," katanya.