Rabu 10 Sep 2014 19:07 WIB

Kemarau, Petani Beralih Jadi Buruh Bangunan

Rep: Yulianingsih/ Red: Indah Wulandari
Hujan yang turun di musim kemarau memicu semangat petani menanam padi.
Foto: Prayogi/Republika
Hujan yang turun di musim kemarau memicu semangat petani menanam padi.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Petani wilayah Kabupaten Gunungkidul mulai beralih profesi akibat musim kemarau yang mengeringkan ladang mereka.

Marsudi (37) warga Paliyan, Kabupaten Gunungkidul sudah sebulan terakhir menjadi buruh bangunan pembangunan gedung di kompleks Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Ini dilakukan karena tidak ada mata pencaharian lain di kampungnya akibat musim kemarau.

"Ladang tidak bisa diolah, terlalu keras tidak ada air, sedangkan ternakk butuh makan dan harus beli rumput. Apalagi ongkos buruh bangunan naik tahun ini," katanya, Rabu (10/9).

Menurutnya, menjadi buruh bangunan mampu menopang biaya hidup sehari-hari. Meskipun kebutuhan air bersih tidak membeli lagi namun untuk makanan ternak, dirinya harus beli. Sebab rumput banyak yang mati kekurangan air.

Wardono (45) warga Karangasem, Paliyan, Gunungkidul juga memilih menjadi tukang batu di proyek pembangunan gedung di UNY. Ladang tadah hujan miliknya tidak bisa diolah karena tak ada air. "Kebutuhan hidup terus kalau tidak ada pemasukan ya sulit," ujarnya.

Kepala BPBD DI Yogyakarta, Gatot Saptadi mengatakan, sedikitnya ada 11 kecamatan di wilayah DIY yang sudah mengalami kekeringan. 7 kecamatan berada di Kabupaten Gunungkidul dan empat lainnya di Kulonprogo.

"Termasuk Kecamatan Paliyan di Gunungkidul itu langganan kekeringan setiap tahun," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement