REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama Mengambil Langkah kongkrit keluar dari partai politik Gerindra. Basuki mengatakan ia sudah mengutus stafnya guna membawa surat pengunduran diri dari keangotaan Partai Gerindra.
Ia juga menunjukkan selembar surat yang menyatakan dewan pimpinan partai Gerindra sudah menerima suratnya. "Saya sudah terima surat dari staff disana namanya Martina. Bersama dengan surat pengunduran diri, saya juga menyerahkan kartu keanggotaan Gerindra," ujarnya.
Dalam surat pengunduran diri Wagub berusia 48 tahun tersebut, tertulis ditujukan kepada Sekjen DPP Partai Gerindra. Menurut Ahok, ia tidak perlu mendapat respon dari partai Gerindra yang menyatakan dirinya resmi keluar. Hal ini dikarenakan, Ahok merasa tidak bisa menjadi anggota partai yang baik.
"Nggak usah ada feedback, saya sudah menyatakan pengunduran diri," ungkapnya.
Dalam Anggaran dasar/Anggaran rumah tangga (AD/ART) partai politik, setiap kader harus mendukung sikap parpol yang menjadi rumah politiknya. Sedangkan dalam hal ini, ia merasa keputusan Gerindra untuk mendukung pemilihan kepala daerah lewat DPRD berlawanan dengan hati nuraninya.
Ahok mengatakan ia berani masuk di Kancah Politik, karena ada kesempatan dipilih oleh rakyat. Ia mengambil contoh, ketika menjadi Bupati Belitung Timur suara rakyat sangat berperan baginya. Menurut Ahok, dirinya bisa menjadi pemimpin Jakarta bersama Gubernur Joko Widodo juga karena suara rakyat.
"Tidak mungkin seorang Ahok menjadi Bupati Belitung Timur di tempat yang jelas-jelas dikuasai Fraksi Bulan Bintang 55 persen. Ga mungkin.ada Jokowi-Ahok menang di DKI dengan Gerindra hanya 6 kursi, PDIP 11 kursi, melawan semua partai di DPRD waktu itu," tukas Ahok.
Ahok menuturkan ia tidak bisa memiliki kesamaan visi dengan partainya yang secara terang-terangan mendukung Pilkada harus lewat DPRD. "Kalau bukan karena rakyat, sesuai dengan hitungan DPRD DKI, mungkin suara buat kami nggak sampai 50 persen lebih kayak kemarin," katanya.