REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Panglima TNI Jenderal Moeldoko bertemu dengan pimpinan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan ISIS adalah produk lama, tetapi menggunakan merek baru. Jika pemahamannya diterapkan, maka dapat menimbulkan malapetaka di Indonesia.
"Dalam pemahaman saya gerakan ini (ISIS) adalah 'old product with new brand'. Produk lama merek baru. Ada kontinuitas perubahan yang terjadi. Ditarik ke radikalisme Islam," kata Din.
Ditegaskan, ISIS merupakan embrio fundamentalis Islam yang dapat menimbulkan malapetaka, pertentangan hingga pembunuhan. Semua akan dilakukan untuk mencapai tujuannya. "Maka bagi kita, kalau tidak mampu dikelola dengan baik, akan terjadi pula pertumpahan darah. Termasuk juga bagi yang suka mengafirkan," ucapnya.
Ia mengatakan, Indonesia sejatinya Islam moderat dan modern. Ada faktor sejarah, sosiologis, dan geografis yang tidak bisa disamakan dengan gerakan ISIS di negara asalnya.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menuturkan masyarakat harus menyuburkan rasa nasionalisme dahulu, baru memperkuat pemahaman agama. Dicontohkan, negara Islam yang benar-benar 100 persen penduduknya muslim pun, banyak yang berantakan, seperti yang terjadi di Somalia dan Afganistan. Semua terjadi karena tidak adanya rasa nasionalisme.
"Negara Islam yang memiliki penduduk muslim 100 persen pun akan berantakan jika tidak ada rasa nasionalisme," ucap Said.