REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA-- Meski kini kekeringan tengah melanda, hampir seluruh sawah di Kabupaten Purwakarta telah melewati masa panen. Hal ini pun tidak mengganggu hasil produksi karena panen telah lebih dulu dilakukan sebelum memasuki musim kemarau.
Kekeringan yang melanda sebagian wilayah Purwakarta memang membuat tanah di wilayah persawahan retak karena tak kunjung mendapat suplai air. Sejak beberapa bulan terakhir, hujan tidak pernah turun dan mengakibatkan keringnya permukaan tanah.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta, Dedi Setiadi mengaku di wilayah kerjanya terdapat kurang lebih 5300 hektar sawah tadah hujan. "Alhamdulillah, tak ada yang mengalami puso, karena sudah lebih dulu panen. Jadi, dampak kekeringan baru kita rasakan saat ini," kata Dedi, Senin (8/9).
Dedi menyebut beberapa areal persawahan terancam kekeringan dan tersebar di beberapa kecamatan seperti Cibatu, Tegalwaru, Babakan Cikao, Campaka, dan Purwakarta. Ia mengaku kekeringan ini tak mengganggu aktivitas tanam yang lalu, tapi akan berdampak pada mundurnya masa tanam.
"Saat ini seharusnya sudah mulai memasuki masa tanam 2014/2015 tapi tampaknya akan bergeser hingga Oktober nanti," kata Dedi.
Dampak dari tidak adanya air, petani pun tidak bisa menanam padi. Dedi menyebut saat ini beberapa petani tengah mengubah pola tanam dari padi ke tanaman berumur pendek. Selain itu, pihak Dinas Pertanian juga telah menyediakan bantuan berupa pompa air jika hujan tak kunjung turun ke depannya.
Menurut Dedi, pompa air akan lebih bermanfaat dalam menghadapi kondisi darurat seperti ini. Dedi juga mengaku telah mendistribusikan dua pompa air untuk keperluan petani kepada seluruh Balai Penyuluh Pertanian di Kabupaten Purwakarta.