REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Krisis air baku melanda wilayah utara Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Sragen. Sudah tiga pekan ini, warga sejumlah desa wilayah yang rentan akan air baku, mendesak pemerintah kabupaten untuk melakukan dropping air bersih.
Warga yang tinggal di sejumlah desa wilayah Utara Bengawan Solo, seperti Kecamatan Tangen, Jenar, Tanon, Mondokan dan Sumberlawang, mulai kesulitan mencari air. Daerah ini merupakan kawasan 'pelanggan' krisis air setiap memasuki musim kemarau puncak.
Kendati terjadi kondisi krisis air baku, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sragen, Wangsit Sungkono, mengatakan tak perlu ada yang dikhawatirkan. Ia malah mengklaim pihaknya siap melayani permintaan dropping bantuan air bersih kepada warga desa yang membutuhkan.
Menurut Wangsit, sudah tiga pekan ini warga sejumlah desa mendesak melakukan dropping air bersih. Mulai awal September ini, katanya, permintaan dropping air bersih mulai meningkat.
Mestki ada peningkatan permintaan dropping air, hingga sekarang ia kembali mengklaim belum ada keluhan yang bersifat darurat. Artinya, kondisi krisis air belum begitu parah. "kami tidak memungut biaya sepeserpun, alias gratis,'' tambah Wangsit.
Untuk menghadapi krisis berkepanjangan, Dinsos juga sudah menyiapkan sejumlah tempat penampungan air sementara bagi masyarakat yang belum memiliki tandon air. Wangsit juga mengingatkan, agar masyarakat tidak terlalu panik saat terjadi kelangkaan air bersih.
Karena Dinas Sosial siap melayani permintaan dropping bantuan air bersih untuk desa yang membutuhkan. Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan PDAM Kabupaten Sragen menyediakan tempat penampungan air sementara. Khususnya bagi desa yang belum membangun tandon air.